Sabtu, 20/04/2024 00:45 WIB

Kementan Sebut Jaringan Distribusi Kedelai Masih Dikuasai Importir

Bayak peneliti dalam negeri mampu menciptakan varietas yang mampu menghasil empat hingga lima ton per hektare.

Tenaga Ahli Menteri Pertanian sekaligus anggota Tim Pakar Kementerian Pertanian, Farid Bahar (Foto: Ist)

Sentul City, Jurnas.com - Tim Pakar Kementerian Pertanian (Kementan), Farid Bahar, mengatakan, jaringan distribusi kedelai dalam negeri sepenuhnya masih dikuasai importir sehingga sulit untuk swasembada, seperti komoditas bawang merah.

Demikian disampaikan kepada Jurnas.com di sela Bincang Asyik Pertanian Indonesia (Bakpia) yang bertajuk Mendorong Modernisasi dan Regenerasi Pertanian di Era Revolusi Industri 4.0 di Sentul City, Bogor, Senin (18/3).

"Kedelai ini jaringan distribusinya belum dikuasi. Lebih banyak dikuasai importir. Sementara jaringan distribusi tersebut "haram" membeli kedelai rakyat agar tetap memperoleh jatah melakukan impor," jelasnya.

Farid menepis anggapan bahwa petani dalam negeri banyak yang tidak bisa menanam kedelai. Karena nyatanya, banyak peneliti dalam negeri mampu menciptakan varietas yang mampu menghasil empat hingga lima ton per hektare.

Namun karena harga yang tidak menguntungkan, sulitnya mencari pasar dan tak mampu bersaing dengan kedelai impor yang harganya lebih murah, maka para petani tidak ingin lagi menanam.

"Jadi solusinya pemerintah harus turun membeli dan menyimpannya kedelai. Lalu mengendalikan impor. Kemudian yang didistribusi dalam negeri harus sesuai kebutuhan," tegas Farid.

Kegagalan perintah saat ini adalah mengatur supply and demand, yang menurut Farid, harus melibatkan banyak kementerian dan pemerintah derah.

Salah satu alasan bawang merah bisa dikendalikan, karena pemerintah aktif membeli dan menyimpan bawang petani. "Kalau tidak beli -bawang merah- harga akan jatuh sekali," ujarnya.

KEYWORD :

Farid Bahar Impor Pangan Impor Kedelai




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :