Jum'at, 19/04/2024 16:41 WIB

Tolak Cicipi Cokelat Kemasan, Mentan: Itu Bukan Produk Lokal

sumber daya manusia Indonesia telah memiliki produk cokelat seperti Silverqueen yang kualitasnya bisa bersaing dengan produk-produk luar. 

Kunjungan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulawesi ke desa Kamanre, Kecamatan Kamanre, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, Senin (11/03). (Foto: Alibas_Jurnas.com)

Luwu, Jurnas.com - Fenomena unik terjadi saat Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman mengunjungi desa Kamanre, Kecamatan Kamanre, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, Senin (11/03).

Dalam kunjungan tersebut, Menteri Amran sempat disuguhkan hidangan berupa salah satu produk cokelat kemasan asal Amerika Serikat, namun Amran menolak memakannya, lantaran produk tersebut bukan hasil produksi lokal.

Amran sempat kaget usai mengetahui produk tersebut merupakan cokelat yang dibeli dari supermarket. Padahal ia berharap ada produk lokal yang memang bahannya dari kakao.

"Kami kaget produk coklat itu dari supermarket. Tadinya saya mau makan, tapi karena tau dari supermarket makanya nggak jadi," kata Amran.

Sebelumnya, makanan bermerk Stickers dikabarkan ditarik dari peredaran karena diduga mengandung plastik. Penarikan makanan ini dilakukan di 55 negara Eropa bahkan Asia.

Pra asli kelahiran Bone itu menyatakan bahwa Indonesia khususnya di wilayah Luwu memiliki potensi untuk mengembangkan produk olahan cokelat sendiri sehingga nilai jualnya semakin meningkat.

"Di Luwu Utara bisa produksi coklat lokal. Kalau biji kakao diekspor nilainya hanya Rp1000 begitu diimpor added valuenya bisa 19.000-20.000 jadi naik sekitar 20 ribu naik," tuturnya.

"Kalau kita melakukan hilirisasi produk kita, bayangkan add value-nya jadi naik, bahkan bisa jadi seribu persen," tambahnya.

Amran menggambarkan bagaimana keberhasilan negara luar seperti Singapura, yang mampu mengolah produk kakao menjadi sesuatu yang memiliki nilai jual tinggi sehingga mampu meningkatkan perekonomian negara tersebut.

"Siapa yang pernah ke Singapura bangga membawa ole-ole (cokelat Silverqueen) padahal semuanya dari Indonesia bahan bakunya. Dia (Singapura) tidak punya bahan bakunya, cokelat satu batang pun tidak punya," katanya.

"Prosesingnya disana harganya berapa, sekitar 19.000-20.000, jadi naik 2000 persen. add value-nya ada di negara lain, harusnya prosesingnya ada di bawah kakao ini. Karena ini industri kecil, anggarannya sekitar 500 juta sampai 1 miliyar," tambahnya.

Sebenarnya, lanjut Amran, sumber daya manusia Indonesia telah memiliki produk cokelat seperti Silverqueen yang kualitasnya bisa bersaing dengan produk-produk luar.

"Kami ke Sulawesi Barat langsung Silverqueen dapat kita dapat dan nikmati. Anggarannya cuman 500 juta sampai 1 miliyar, satu prosesingnya langsung jadi silverqueen, segar, tak ada pengawetnya, produk kita sendiri dan diolah anak bangsa," tandasnya.

KEYWORD :

Kinerja Menteri Pertanian Kunjungan Kerja Kabupaten Luwu Produk Cokelat




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :