Kamis, 25/04/2024 16:34 WIB

Bersama Petani Milenial, Kementan Fokus Majukan Petani Sayuran Cianjur

Budidaya sayuran lebih banyak digeluti generasi muda dan sistem budidaya dilakukan secara modern yang ramah lingkungan.

Direktur Jenderal Hortikultura, Suwandi pada kegiatan pembinaan petani sayuran di Sekretariat Gabungan Kelompok Tani Mujagi, Desa Cipendawa, Kecamatan Pacet, Cianjur, Rabu (6/3).

Cianjur, Jurnas.com - Kementerian Pertanian (Kementan) tengah fokus mendorong pengembangan komoditas hortikuktura khususnya sayuran Kabupaten Cianjur yang lebih maju. Budidaya sayuran lebih banyak digeluti generasi muda dan sistem budidaya dilakukan secara modern yang ramah lingkungan hingga pemasaran melalui sistem korporasi.

Demikian diungkapkan Direktur Jenderal Hortikultura, Suwandi pada kegiatan pembinaan petani sayuran di Sekretariat Gabungan Kelompok Tani Mujagi, Desa Cipendawa, Kecamatan Pacet, Cianjur, Rabu (6/3).

"Sesuai arahan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, petani sayuran Indonesia khususnya Cianjur kami harapkan naik kelas. Caranya petani harus efisienkan biaya produksi, bangun koperasi dan bermitra dengan eksportir sehingga petani tidak lagi berpikir jika harga turun, maka merugi. Jadi kami ingin petani sayuran Cianjur harus lebih maju," kata Suwandi.

Berdasarkan data Dinas Pertanian Cianjur, luas lahan sayuran 17.000 hektare. Tanaman sayuran di antaranya cabai, bawang daun, wortel, tomat, buncis, kol, pepaya dan jagung manis. Komoditas sayuran tersebut selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Cianjur, juga sebagian besarnya disuplai ke pasar-pasar yang ada di Jabodetak dan Bandung.

"Data BPS, di bulan Februari 2019, bahan pangan mengalami deflasi sebesar 0,08 persen. Andil deflasi ini sebagian besarnya disebabkan harga komoditas sayuran. Deflasi ini sebenarnya menunjukan produksi sayuran kita melimpah. Petani khususnya di Cianjur sangat tangguh ketika harga turun," ujar Suwandi.

Oleh karenanya, lanjut Suwandi, petani jangan terus berpikir pada turunnya harga yang menyebabkan merugi. Sebab harga merupakan akibat yang sebabnya karena berbagai faktor. Mulai dari sistem produksi karena panen melimpah dan biaya yang tinggi. Kemudian harga naik disebabkan juga faktor distribusi, logistik atau penyimpanan yang belum memadai dan tata niaga atau prilaku pasar itu sendiri.

"Kementan sudah jalan mengurai masalah ini. Misal terkait logistik, Kementan telah memberikan bantuan gudang pendingin. Masalah distribusi telah bangun pasar lelang," ujarnya.

"Untuk mensiasati harga turun dan tingkatkan produksi, ini sangat bisa dilakukan petani sendiri. Pertama, efisienkan biaya produksi dengan menggunakan benih unggul dan pestisida maupun pupuk organik dari buatan sendiri. Efisiensi biaya pun melalui sistem budidaya ranch shelter," pintanya

Kedua, yakni melakukan budidaya sayuran dengan sistem tumpang sari, sehingga petani tidak bergantung pada satu komoditas saja. Ketiga, langkah untuk mensiasati harga yakni membentuk koperasi dan sejenisnya. Dengan koperasi, ibarat sapu lidi, petani bersama-sama akan menjadi kuat, sehingga petani setelah berkelompok menjadi naik kelas.

"Koperasi bisa melayani input sehingga benih unggul, pupuk, pestisida seragam diterima petani dan untuk transfer teknologi sehingga sayuran dihasilkan berkualitas tinggi yang seragam," sebutnya.

"Petani pun mudah bermitra mendapatkan akses pembiayaan, kredit, asuransi dan pemasaran bersama pelaku pasar modern hingga eksportir. Mendapatkan akses hilirisasi pun juga mudah. Petani tidak hanya jual dalam bentuk sayuran segar, tapi bentuk olahan," pinta Suwandi.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten, Muhamad Nano mengatakan Kabupaten Cianjur merupakan sentra produksi sayuran. Pengembangan sayuran tidak lagi dilakukan secara tradisional, tetapi sudah modern hingga penanganan pemasarannya.

"Kami sudah rangkul pelaku usaha yang merupakan petani. Petaninya anak muda. Pemasaran sayuran sudah tidak lagi lewat tengkulak, tapi langsung dipasarkan sendiri door to door ke konsumen, hotel dan rumah makan dengan kemasan menarik bahkan dipasarkan secara online," jelasnya.

Menurut Nano, terobosan ini tidak terlepas dari dukungan Kementan dalam mendorong pemerintah daerah dan petani untuk membangun pasar lelang. Apalagi di era pemerintahan Jokowi-JK ini, minat pemuda untuk menjadi bertani sudah mulai masif dilakukan.

"Ke depan, kami akan perluas lagi pasar online ini. Sehingga tidak hanya konsumen di Cianjur dan sekitar, tapi konsumen di Jakarta pun bisa memesannya. Ini sangat memotong rantai pasok, petani tidak pusing kalau harga turun," pungkasnya.

Perlu diketahui, pada kegiatan ini Direktur Jenderak Hortikuktura memberikan bantuan benih sayuran kepada petani dan melepas sayuran seperti paprika, cabai, kol dan terong yang langsung ke pembeli secara door to door.

KEYWORD :

Kinerja Menteri Pertanian Petani Milenial Sektor Pertanian




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :