Kamis, 25/04/2024 13:07 WIB

Indonesia Jadi Market Focus di London Book Fair 2019

Ajang tahunan yang digelar pada 12-14 Maret ini akan menampilkan 450 judul buku karya penulis Tanah Air di tengah gerai seluas 600 meter persegi, dengan mengusung tema `17.000 Island of Imagination`.

Kepala Bekraf Triawan Munaf (tengah) bersama Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik (dua dari kiri) dan Dirjen Kebudayaan Kemdikbud Hilmar Farid (tiga dari kanan)

Jakarta, Jurnas.com – Indonesia mendapat kehormatan menjadi Market Focus dalam kegiatan London Book Fair 2019 di Olympia, Kensington, London, Inggris.

Ajang tahunan yang digelar pada 12-14 Maret ini akan menampilkan 450 judul buku karya penulis Tanah Air di tengah gerai seluas 600 meter persegi, dengan mengusung tema `17.000 Island of Imagination`.

Ketua Harian Pelaksana Laura Bangun Prinsloo mengatakan, London Book Fair 2019 menjadi kesempatan untuk menjual hak cipta (copy right) penulis Indonesia, kepada khalayak internasional. Juga, lanjut Laura, untuk memperkuat ikatan intelektua Indonesia dan dunia.

“Sebagai negara terbesar keempat di dunia, dengan sejumlah besar orang muda dan kreatif, kami ingin Indonesia mengambil tempat yang layak di antara penyedia konten utama dunia,” kata Laura kepada awak media pada Selasa (6/3) di Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Jakarta.

“Indonesia adalah negara kepulauan dengan kekayaan budaya dan intelektual yang luar biasa. Kami ingin mengajak semua orang untuk menemukan 17.000 pulau imajinasi di Indonesia,” sambung dia.

Sementara Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf menyebut usaha penerbitan menyumbang 6,29 persen untuk GDP, atau urutan kelima setelah kuliner, fesyen, kerajinan tanga, dan broadcasting.

“Dengan memimpin acara Indonesia Market Focus Country di London Book Fair 2019 ini, Bekraf memperkenalkan tidak hanya kekayaan konten yang ditampilkan buku-buku Indonesia namun juga subsektor terkait lainnya,” kata Triawan.

Kehadiran Indonesia sebagai Market Focus disambut positif oleh Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik. Dia menyebut London Book Fair 2010 merupakan peluang untuk mengenalkan budaya, seni, dan sastra Indonesia kepada dunia.

London Book Fair 2019, lanjut Moazzam, juga menjadi perayaan hubungan diplomatik Inggris dan Indonesia yang sudah berusia 70 tahun.

“Saya berharap hubungan Inggris-Indonesia dapat terus ditingkatkan melalui kerjasama yang saling menguntungkan dan memajukan,” harap Moazzam.

“Saya juga berharap para penulis Indonesia dapat terus meningkatkan kreativitasnya di kancah dunia,” imbuh dia.

Di ajang London Book Fair, Indonesia tak hanya menampilkan subsektor penerbitan, namun juga subsektor lainnya yaitu Kuliner, Fashion, Film, Seni Pertunjukan, Komik, Eksibisi Arsitektur dan Desain Grafis, Ilustrasi, Boardgames, dan Digital Animasi.

Dengan seluruh subsektor tersebut, panitia telah merancang total 120 acara yang berlangsung tidak hanya di Olympia, tetapi juga di berbagai venue di seluruh kota London.

Dan untuk mendukung target 50 penjualan hak cipta konten penerbitan di London Book Fair 2019 ini, salah satu program yang disusun oleh panitia dan British Council sebagai mitra London Book Fair bagi negara-negara market focus adalah memilih 12 penulis Indonesia untuk tampil di sejumlah acara di London yang bertujuan untuk memperkenalkan kekayaan literasi Indonesia.

Kedua belas penulis yang mewakili beragam kategori buku, yakni fiksi, nonfiksi, buku anak, dan komik. Mereka adalah Agustinus Wibowo, Clara Ng, Dewi Lestari, Faisal Oddang, Intan Paramaditha, Laksmi Pamuntjak, Leila S. Chudori, Nirwan Dewanto, Norman Erikson Pasaribu, Reda Gaudiamo, Seno Gumira Ajidarma, dan Sheila Rooswitha Putri.

KEYWORD :

London Book Fair Market Focus




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :