Jum'at, 19/04/2024 10:03 WIB

AS Merger Konsulat dan Kedutaaan di Yerusalem

Rencana merger konon sebelumnya telah membuat pemimpinan Palestina marah.

PM Israel dan Presiden Guatemala meresmikan kedubes baru di Yerusalem (Foto: Twitter)

Washington, Jurnas.com - Konsulat Amerika Serikat di Yerusalem akan disatukan (merger) ke dalam Kedutaan Besar AS yang baru, pada Senin (4/3) ini menurut Departemen Luar Negeri AS.

Rencana merger konon sebelumnya telah membuat pemimpinan Palestina marah.

Disebutkan, merger telah meningkatkan kekhawatiran warga Palestina, bahwa pemerintahan Trump mengabaikan upaya mediasi mereka di kota Yerusalem yang disengketakan, tempat bagi situs-situs suci bagi Yudaisme, Islam, dan Kristen.

Sebelumnya, presiden AS Donald Trump memicu kemarahan dunia Arab dan memancing kritik internasional, ketika mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada Desember 2017.

Tak hanya itu, AS juga memindahkan Kedutaan Besar ke Yerusalem dari Tel Aviv Mei lalu.

Para pemimpin Palestina menangguhkan kontak diplomatik dengan pemerintah AS setelah kebijakan pemindahan kedutaan tersebut.

Dan sejak itu, pemerintah Palestina memboikot upaya AS untuk menyusun rencana perdamaian Israel-Palestina yang telah lama ditunggu-tunggu, menuduh Washington bias pro-Israel.

Konsulat Jenderal AS di Yerusalem adalah misi utama bagi Palestina, yang dengan dukungan internasional luas mencari Yerusalem Timur sebagai ibukota negara yang ingin mereka bangun di Tepi Barat yang diduduki dan Jalur Gaza.

Juru bicara Departemen Luar Negeri Robert Palladino mengatakan keputusan itu didorong oleh efisiensi operasional dan akan ada "kelanjutan yang lengkap dari aktivitas diplomatik AS dan layanan konsuler."

"Itu tidak menandakan perubahan kebijakan A.S. tentang Yerusalem, Tepi Barat atau Jalur Gaza," katanya dalam sebuah pernyataan. "Batas-batas khusus kedaulatan Israel di Yerusalem tunduk pada negosiasi status akhir antara para pihak."

Ketika Pompeo mengumumkan rencana merger musim gugur lalu, pemimpin senior Palestina Saeb Erekat mengecam keputusan untuk menghilangkan konsulat sebagai bukti terbaru bahwa administrasi Trump bekerja dengan Israel untuk memaksakan "Israel Raya" daripada solusi dua negara.

Status Yerusalem adalah salah satu perselisihan paling sulit antara Israel dan Palestina.

Israel menganggap seluruh kota, termasuk sektor timur yang direbutnya dalam perang Timur Tengah 1967 dan dianeksasi, sebagai "ibukota abadi dan tak terpisahkan," tetapi itu tidak diakui secara internasional.

KEYWORD :

Konsulat AS Palestina Amerika Serikat




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :