Rabu, 24/04/2024 18:31 WIB

Arab Saudi "Tutup Mata" Persoalan Muslim Uighur di China

Pangeran Arab malah memilih untuk berpihak pada China. Bahkan, ia menegaskan akan memberikan dukungan terhadap tindakan China dalam memberantas terorisme.

Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammad bin Salman. (Foto: Handout/Bandar Algaloud/Pengadilan Kerajaan Saudi via Reuters)

Jakarta, Jurnas.com - Pangeran Mahkota Saudi Mohammed bin Salman menutup mata terhadap nasib umat Muslim Uighur China ketika ia bertemu dengan Presiden Xi Jinping di Beijing, Jumat (22/02) waktu setempat.

Komunitas Uighur baik di dalam maupun di luar China telah mengharapkan bin Salman, penguasa de facto Arab Saudi dan penjaga situs-situs paling suci Islam, untuk mengangkat isu pelanggaran HAM Tiongkok terhadap etnis Uighur.

Namun sebaliknya, Pangeran Arab malah memilih untuk berpihak pada China. Bahkan, ia menegaskan akan memberikan dukungan terhadap tindakan China dalam memberantas terorisme.

"Kami menghormati dan mendukung hak China untuk mengambil tindakan kontra-terorisme dan de-ekstremisme untuk menjaga keamanan nasional. Kami siap untuk memperkuat kerja sama dengan China," kata Mohamed bin Salman dilansir aa.

Wilayah Xinjiang China adalah rumah bagi sekitar 10 juta warga Uighur. Kelompok Muslim Turki, yang berjumlah sekitar 45 persen dari populasi Xinjiang, telah lama menuduh pemerintah China melakukan diskriminasi budaya, agama dan ekonomi.

Hingga 1 juta orang, atau sekitar 7 persen dari populasi Muslim di Xinjiang, telah dipenjara dalam jaringan yang diperluas dari kamp pendidikan ulang politik.

Dalam sebuah laporan September lalu, Human Rights Watch menuduh pemerintah China melakukan kampanye sistematis pelanggaran hak asasi manusia terhadap Muslim Uighur di Xinjiang.

Menurut laporan setebal 117 halaman itu, pemerintah China melakukan penahanan massal, penyiksaan dan penganiayaan terhadap warga Turki Uighur di wilayah tersebut.

Sementara Arab diam, Turki awal bulan ini mengecam kebijakan asimilasi sistematis China untuk Turki Uighur. Melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri Hami Aksoy, Turki menyebut tindakan China sangat memalukan bagi kemanusiaan.

"Bukan lagi rahasia bahwa lebih dari satu juta orang Turki Uighur, yang terkena penangkapan sewenang-wenang, menjadi sasaran penyiksaan dan pencucian otak politik di pusat-pusat konsentrasi dan penjara," kata Aksoy.

"Turki telah mendesak pemerintah China untuk menghormati hak asasi manusia Turki Uighur dan menutup kamp konsentrasi," tambahnya.

"Kami juga menyerukan kepada masyarakat internasional dan Sekretaris Jenderal PBB untuk mengambil langkah-langkah efektif untuk mengakhiri tragedi kemanusiaan di Xinjiang."

KEYWORD :

Muslim Uighur Pangeran Arab China




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :