Sabtu, 20/04/2024 02:46 WIB

Jual Tenaga Nuklir ke Arab Saudi, Iran Sebut AS Munafik

Donald Trump mendahului keputusan Kongres AS untuk mempercepat penjualan pembangkit listrik tenaga nuklir AS ke Arab Saudi.

Javad Zarif

Teheran, Jurnas.com - Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif mengatakan upaya penjualan teknologi nuklir Amerika Serikat (AS) ke Arab Saudi adalah sebuah munafik.

Pernyataan Zarif itu menyusul laporan bahwa administrasi Presiden AS, Donald Trump mendahului keputusan Kongres AS untuk mempercepat penjualan pembangkit listrik tenaga nuklir AS ke Arab Saudi.

"Hari demi hari menjadi lebih jelas bagi dunia apa yang selalu jelas bagi kami: hak asasi manusia (AS) maupun program nuklir tidak menjadi perhatian AS," tulis Zarif lewat akun Twitternya, Rabu (20/2).

"Mula-mula seorang jurnalis yang dimutilasi; penjualan ilegal teknologi nuklir ke Arab Saudi kini semuanya menjadi jelas #Hypocrisy," tambah Zarif, merujuk pada pembunuhan penulis Saudi Jamal Khashoggi di tangan agen-agen Saudi, dan laporan terbaru komite kongres AS terkait penjualan tenaga nuklir ke Riyadh.

Kongres AS menyebut, upaya menjual teknologi nuklir ke Arab Saudi adalah pelanggaran perlindungan terhadap transfer teknologi.

Para analis khawatir, transfer teknologi nuklir AS yang sangat sensitif itu dapat membuka jalan untuk memproduksi senjata nuklir di kerajaan Saudi dan Timur Tengah.

Komite DPR yang dipimpin Demokrat sedang menyelidiki perusahaan-perusahaan tenaga nuklir AS untuk memenangkan persetujuan pemerintah Trump untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir di Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya.

Sasaran utama penyelidikan Komite adalah upaya IP3 International, konsorsium produsen tenaga nuklir yang mulai melobi selama transisi Trump pada akhir 2016 dan awal 2017 untuk memenangkan persetujuan presiden untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga nuklir di Arab Saudi.

Pada Mei 2018, Trump menarik AS dari apa yang disebut Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), yang lebih dikenal sebagai kesepakatan nuklir Iran. Saat itu Iran berjanji mengurangi program pengayaan uraniumnya dan tidak akan mengembangkan senjata nuklir.

Sebagai imbalan atas kesepakatan - ditandatangani pada 2015 di Wina dengan enam kekuatan dunia; AS, Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, China, dan Uni Eropa, sanksi internasional Iran dicabut.

Negeri Para Mullah pun dapat menjual minyak dan gasnya ke seluruh dunia. Namun, sanksi sekunder AS tetap ada.

Badan Energi Atom Internasional (IAEA) telah berulang kali mengkonfirmasi, Teheran memenuhi komitmen nuklirnya sepenuhnya. (Al Jazeera)

KEYWORD :

Arab Saudi Donald Trump Tenaga Nuklir Iran




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :