Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementan, Syukur Iwantoro (Foto: Humastani)
Jakarta, Jurnas.com - Kementerian Pertanian (Kementan) menanggapi polemik swasembada beras berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menggunakan metode baru Kerangka Sampel Area (KSA).
Sekertaris Jenderal Kemeterian Kementan, Syukur Iwantoro, menyebutkan, berdasarkan metode itu Indonesia masih mengalami surplus beras sebesar 3,1 juta ton hingga akhir Desember 2018.
"Artinya di era pemerintah Jokow-JK, impor beras yang dilakukan sangat rendah dan terkendali. Kalaupun ada, itu lebih ditujukan untuk memperkuat stok beras nasional," jelas Syukur dalam keterangan tertulisnya yang diterima redaksi Jurnas.com, Minggu (17/2).
Lebih lanjut, Syukur mengatakan, harus diakui, dalam dua tahun kepemimpinan Presiden Joko Widodo, Indonesia juga pernah melewati fenomena iklim El Nino dan La Nina secara berurutan. Fenomena tersebut dinilai terberat sepanjang 71 tahun terakhir.
"Tantangan yang sangat berat, tidak pernah ada el nino di Indonesia selama 71 tahun seberat tahun 2015. Bahkan Intensitasnya 2,44 persen, lebih besar dari El Nino di tahun 1997/1998 yang hanya 1,9 persen. Dan kita berhasil melaluinya dengan baik," kata Syukur.
KEYWORD :Surplus Beras Kementerian Pertanian Data BPS