Kamis, 18/04/2024 15:04 WIB

99 Persen Startup Indonesia Berakhir Gagal

Kegagalan itu, sambung Yudi, karena sebagian besar startup gagal menghadirkan solusi baru atau melahirkan produk inovatif dalam menjawab kebutuhan masyarakat.

Pengamat ekonomi digital Yudi Candra

Jakarta - Pengamat ekonomi digital Yudi Candra menyebut angka kegagalan di dunia startup masih sangat tinggi. Dari sekitar 1.500 hingga 1.700 startup di Indonesia, jumlah yang sukses masih relatif kecil, yakni satu persennya saja. Sementara 99 persen sisanya gagal.

“Mayoritas startup kita gagal dalam mengembangkan bisnisnya,” kata Yudi saat berbincang dengan awak media di Jakarta, Selasa, (12/2).

Kegagalan itu, sambung Yudi, karena sebagian besar startup gagal menghadirkan solusi baru atau melahirkan produk inovatif dalam menjawab kebutuhan masyarakat.

Sebagai contohnya, sudah ada merek raksasa Gojek, lantas perintis starup berbondong-bondong membuat platform yang sama. Di antaranya Golek, Lojek, Tripy di Pontianak, Bloon di Bengkulu, dan M-Jek di Mataram.

“Sifatnya masih ikut-ikutan. Kalau dengar ada yang berhasil, baru buat. Padahal jika ingin berhasil harus bisa membuat sesuatu yang baru dan original,” sambung dia.

Menurut CEO PT Duta Sukses Dunia tersebut, startup dituntut menemukan produk yang inovatif dan modern. Selain itu, diperlukan pula product-market fit terutama usaha rintisan baru, agar tidak kehabisan modal.

“Ketika pendanaan adalah barang langka, sementara kamu butuh terus berjalan dan menekan burn rate ongkos operasional per bulan, sementara perusahaan masih merugi. Di situlah pentingnya kreatifitas dan inovasi,” ujar Yudi.

Adapun bicara investor, Yudi mendorong perintis startup tidak cuma berpikir mencari investor. Menurut dia, jika sudah berhasil, investor pasti akan datang dengan sendirinya.

“Pengusaha selalu berkutat pada minimnya modal, kalau bukan pinjaman di bank, pengharapan adanya yang mau investasi. Yang harus jadi garis besar adalah seorang pengusaha bagaimana menjadikan produknya laku dan dikenal banyak publik. Bank maupun investor akan datang dengan sendirinya,” terang dia.

Hal penting lainnya ialah cepat beradaptasi jika produk tidak direspon positif oleh masyarakat. Yudi mengatakan, memodifikasi suatu produk relatif singkat, hanya butuh maksimal tiga hari, selama produknya masih berkaitan dengan platform awal.

Jika rencana awal gagal, maka butuh proses yang masih memungkinkan untuk mengubah strategi secepat mungkin, ketika biaya melakukan perubahan masih kecil. Langkah ini dikenal dengan nama pivot.

“Jangan takut untuk melakukan konfigurasi ulang saluran distribusi, model penentuan harga dan rantai pasokan serta berinvestasi terhadap pengembangan sdm dengan coaching dan training. Jika ingin berhasil pada bisnis ini, tidak ada salahnya untuk mencoba,” tandas dia.

KEYWORD :

Startup Gagal Yudi Candra




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :