Kamis, 25/04/2024 21:37 WIB

Facebook Tutup Akun Pemberontak Myanmar

Keputusan itu tak lama setelah menuai kritikan k karena dianggap tak mencegah penyebaran konten yang penuh kekerasan dan kebencian saat ekskalasi konflik di Myanmar meningkat.

Facebook Inc

Myanmar, Jakarta - Facebook menindak dengan menutup akun empat kelompok pemberontak bersenjata Myanmar karena dianggap sebagai organisasi berbahaya.

Keputusan itu tak lama setelah menuai kritikan karena dianggap tak mencegah penyebaran konten yang penuh kekerasan dan kebencian saat ekskalasi konflik di Myanmar meningkat.

Keempat kelompok bersenjata itu adalah The Arakan Army, The Myanmar Democratic Alliance Army, Kachin Independence Army, dan Ta`ang National Liberation Army.

"Dalam upaya mencegah dan menghancurkan bahaya offline, kami tidak mengizinkan organisasi atau individu yang menyatakan misi kekerasan atau ikut berperan dalam melakukan kekerasan untuk memiliki akun di Facebook," ujar pernyataan Facebook, dilansir dari Channel News Asia 

Namun Facebook menegaskan larangan itu hanya menargetkan beberapa kelompok pemberontak di Myanmar yang berperang melawan Myanmar setelah meraih kemerdekaan dari Inggris pada 1948.

Menurut Facebook, keempat kelompok itu belum menandatangani perjanjian gencatan senjata yang dipimpin pemerintah dan sering terlibat bentrokan dengan angkatan bersenjata Myanmar dalam beberapa tahun terakhir.

Kachin Independence Army adalah salah satu yang terkuat dari kelompok pemberontak di Myanmar dan menempati wilayah di utara. Sedangkan Arakan Army telah terlibat dalam pertempuran sejak Desember lalu yang telah mengakibatkan 5.000 orang mengungsi.

Januari lalu, serangan Arakan Army menewaskan 13 polisi di perbatasan Myanmar.

Juru bicara Ta`ang National Liberation Army,Mong Aik Kyaw, membenarkan halaman kelompoknya ditutup, tetapi menolak mengomentari alasan Facebook. Sedangkan 3 kelompok pemberontak lainnya tidak memberikan tanggapan.

Desember lalu, Facebook menghapus ratusan halaman dan akun di Myanmar yang memiliki kaitan dengan militer sebagai upaya mengendalikan ujaran kebencian dan hoaks.

Langkah ini merespons kekerasan militer terhadap etnis Rohingya yang telah membuat 720.000 orang mengungsi ke Bangladesh. (Anadolu)

KEYWORD :

Pemberontak Myanmar Media Sosial Facebook




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :