Jum'at, 19/04/2024 23:41 WIB

PBB Sebut Korut akan Tetap Lindungi Program Rudal dan Nuklirnya

Pyongyang menggunakan fasilitas sipil, termasuk bandara, untuk perakitan rudal balistik dan pengujian dengan tujuan untuk mengkelabui publik.

Pemimpin Korea Utara, Kim Jong un menyaksikan peluncuran rudal balistiknya (Foto: Reuters)

New York, Jurnas.com - Korea Utara akan tetap mempertahankan program nuklir serta balistiknya dan akan berusaha mencari cara untuk memastikan kemampuan itu tidak dapat dihancurkan oleh serangan militer apa pun.

Begitu kata laporan rahasia yang disampaikan pemantau Perserikan Bangsa-Bangsa (PBB). Laporan 15 anggota komite sanksi Dewan Keamanan PBB itu menjelang pertemuan puncak antara Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.

Dilansir dari Al Jazeera, laporan PBB menemukan, Pyongyang diketahui menggunakan fasilitas sipil, termasuk bandara, untuk perakitan rudal balistik dan pengujian di tengah upaya membubarkan lokasi perakitan, penyimpanan dan pengujian nuklirnya.

DK PBB memperketat sanksi Korea Utara sejak 2006 untuk menghentikan pendanaan program senjata nuklir negara itu melalui larangan ekspor termasuk batubara, besi, timah, tekstil dan makanan laut, serta membatasi impor minyak mentah dan produk-produk minyak sulingan.

"Negara itu terus menentang resolusi DK PBB dengan cara meningkatan besar-besaran transfer kapal ke kapal ilegal produk minyak bumi dan batu bara," kata para pemantau sanksi itu.

"Pelanggaran-pelanggaran ini membuat sanksi PBB terbaru tidak efektif," sambungnya.

Para pemantau mengaku memiliki bukti satu transfer produk minyak terlarang yang belum pernah terjadi sebelumnya, lebih dari 57.600 barel, yang bernilai lebih dari USD5,7 juta.

Laporan itu juga menyebut Korea Utara melanggar embargo senjata PBB dan berusaha menjual berbagai peralatan militer kepada kelompok-kelompok bersenjata dan pemerintah di Timur Tengah dan Afrika, serta senjata kecil dan senjata ringan ke Libya, Sudan, dan Houthi di Yaman.

Pemantau PBB juga mencatat tren penghindaran sanksi keuangan DPRK dengan menggunakan serangan dunia maya untuk secara ilegal memaksa transfer dana dari lembaga keuangan dan pertukaran mata uang kripto.

Korea Utara dikenai larangan barang-barang mewah dan para pemantau mengatakan mereka sedang menyelidiki penampilan publik Rolls-Royce Phantom yang relatif baru di Pyongyang pada 7 Oktober tahun lalu. Mobil itu biasanya dijual seharga ratusan ribu dolar.

Rusia dan China menyarankan Dewan Keamanan membahas pelonggaran sanksi setelah Trump dan Kim Jong bertemu untuk pertama kalinya. Namun AS dan anggota dewan lainnya mengatakan harus ada penegakan sanksi yang ketat hingga Pyongyang melakukan denuklirisasi.

KEYWORD :

Korea Utara Amerika Serikat Kim Jong un




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :