Jum'at, 26/04/2024 02:42 WIB

Perang Dagang China-AS Untungkan Negara Ketiga

Tahun lalu, AS memungut bea tambahan antara 10 dan 25 persen untuk barang-barang Tiongkok sebagai hukuman atas apa yang disebutnya praktik perdagangan tidak adil.

Presiden China, Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump (Foto: Getty Images)

Washington, Jurnas.com - Rencana Amerika Serikat (AS) menaikkan tarif terhadap barang-barang China bulan depan dapat mempengaruhi perdaganan internasional dan membuka peluang negara Uni Eropa mendapatkan keuntungan besar.

Tahun lalu, AS memungut bea tambahan antara 10 dan 25 persen untuk barang-barang Tiongkok sebagai hukuman atas apa yang disebutnya praktik perdagangan tidak adil.

Dilansir dari Al Jazeera, tarif 10 persen akan naik menjadi 25 persen jika dalam bebera hari ke depan tidak ada kemajuan signifikan dalam kesepakatan perdagangan kedua negara sebelum 1 Maret 2019.

"Implikasinya akan sangat besar," jelas Kepala Perdagangan Internasional, Pamela Coke-Hamilton pada Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan, Senin (4/2) waktu setempat.

"Implikasinya bagi seluruh sistem perdagangan internasional akan sangat negatif," tambahnya.

Ia mengatakan kenaikan tarif AS dan pembalasan China akan memicu penurunan ekonomi karena ketidakstabilan di pasar komoditas dan keuangan, sementara langkah perusahaan untuk beradaptasi akan memberikan tekanan pada pertumbuhan global.

"Akan ada perang mata uang dan devaluasi, stagflasi yang mengarah pada kehilangan pekerjaan dan pengangguran yang lebih tinggi dan yang lebih penting, kemungkinan efek penularan (efek reaksioner) mengarah ke kaskade tindakan distorsi perdagangan lainnya," jelasnya.

"Negara-negara yang lebih kecil dan lebih miskin akan berjuang untuk mengatasi guncangan eksternal seperti itu," sambungnya.

Laporan PBB, berjudul The Trade Wars: The Pain and the Gain, mengatakan, tarif bilateral mengubah daya saing global untuk keuntungan perusahaan yang beroperasi di negara-negara yang tidak secara langsung terpengaruh kedua negara itu.

Laporan itu menyebutkan, tingginya biaya perdagangan AS-China akan mendorong perusahaan beralih dari rantai pasokan Asia Timur saat ini, tetapi dampak dari tarif tidak akan menguntungkan perusahaan-perusahaan AS.

Lebih lanjut dijelaskan, perusahaan-perusahaan AS hanya akan mengamankan enam persen dari sekitar US250 miliar ekspor China yang terkena dampak, sementara perusahaan-perusahaan China akan mempertahankan 12 persen, meskipun biaya perdagangan lebih tinggi.

Negara-negara lain  atau negara ketiga akan memperoleh sekitar 82 persen dari nilai ekspor Tiongkok dan 85 persen dari USD85 miliar ekspor AS yang terkena tarif.

Studi tersebut memperkirakan Uni Eropa akan menjadi negara yang mendapatkan keuntungan besar, yaitu sekitar USD70 miliar dalam perdagangan tambahan berkat perang perdagangan.

"Uni Eropa akan mengamankan USD70 milIar dari perdagangan AS-China. Jepang, Meksiko dan Kanada masing-masing akan mengantongi lebih dari USD20 miliar," kata laporan itu.

KEYWORD :

Perang Dagang Uni Eropa China Amerika Serikat




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :