Kamis, 25/04/2024 09:08 WIB

Trump Minta Intelijen AS Kembali Bersekolah

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, menyebut para kepala intelijen AS

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump (Luisa Gonzalez/Reuters)

Washington - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, menyebut para kepala intelijen AS "sangat pasif dan naif" terhadap Iran dan membantah temuan bahwa Korea Utara masih jadi ancaman bagi Washington.

Selasa sebelumnya, para petinggi intelijen AS mengatakan, ancaman nuklir dari Korea Utara tetap ada dan bahwa Iran tidak mengambil langkah-langkah untuk membuat bom nuklir. Pandangan itu sangat kontras dengan penilaian Trump terhadap negara tersebut.

"Orang-orang Intelijen tampaknya sangat pasif dan naif terhadap bahaya yang ditimbulkan Iran. Mereka salah!" Kata Trump akun Twitternya.

Presiden Trum itu merujuk pada peluncuran roket Iran dan mengatakan bahwa Teheran "mendekati batas".

"Mungkin Intelijen harus kembali ke sekolah!" tegasnya.

Tahun lalu, Teump menarik Gedung Putih diri dari kesepakatan nuklir internasional dengan Iran yang diteken di bawah pendahulunya dari Partai Demokrat, Barack Obama, dengan mengatakan, prilaku Teheran tidak sesuai dengan semanga perjanjian itu, dan menerapkan kembali sanksi.

Di bawah kesepakatan 2015, Iran dan kekuatan dunia mencabut sanksi internasional terhadap Tehran. Sebagai imbalannya, Iran membatasi kegiatan nuklirnya.

Para pejabat intelijen AS mengatakan kepada Komite Intelijen Senat, Iran tidak mengembangkan senjata nuklir yang melanggar perjanjian, meskipun Tehran mengancam membatalkan beberapa komitmen setelah Trump menarik diri dari kesepakatan.

Penilaian itu berbeda dengan pernyataan Trump lainnya, termasuk tentang ancaman yang ditimbulkan oleh Rusia terhadap pemilihan AS, ancaman bahwa Islamic State Iraq and Syria (ISIS) di Suriah dan komitmen Korea Utara untuk denuklirisasi.

Trump bentrok dengan para pemimpin komunitas intelijen AS bahkan sebelum menjabat. Yang paling mengejutkan adalah saat meragukan temuan mereka intelijen bahwa Rusia ikut campur dalam pemilihan AS 2016 dengan kampanye peretasan dan propaganda untuk membantunya memenangkan kursi kepresidenan.

KEYWORD :

Donald Trump Amerika Serikat Korea Utara Iran




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :