Kamis, 25/04/2024 05:49 WIB

Nasib Ekonomi China Divonis Pekan Depan

 China kemungkinan akan menolak permintaan AS yang dianggap sebagai hambatan terhadap rencana strategis

Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump bersama Presiden China, Xi Jinping (Foto: Thomas Peter/Reutes)

Washington - Hanya tersisa sebulan gencatan senjata Amerika Serikat (AS)-China. Keduanya akan bertemua pekan depan di Washington untuk melakun proses tawar-menawar mengakhiri perang dangang.

Dilansir dari ABSCBN, utusan perdagangan Beijing, Wakil Perdana Menteri China, Liu He, akan memimpin delegasi 30 orang atas undangan Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin dan Perwakilan Dagang Robert Lighthizer, yang sekaligus jadi perwakilan AS.

Pada pertemuan di Argentina bulan lalu, Presiden AS, Donald Trump dan mitranya dari Tiongkok Xi Jinping setuju melakukan gencatan senjata  dengan Trump menunda kenaikan bea masuk AS untuk barang-barang Tiongkok senilai USD200 miliar hingga 1 Maret.

Washington meminta China harus menyetujui reformasi "struktural"  dalam praktik perdagangannya, mengekang intervensi negara besar-besaran di pasar dan dugaan pencurian teknologi Amerika, termasuk melalui peretasan dan pemindahan paksa kekayaan intelektual.

Trump juga ingin memotong melonjaknya defisit perdagangan AS dengan China, yang pada 2017 mencapai rekor usd375 miliar, tidak termasuk perdagangan jasa.

Sejak tahun lalu, dua negara ekonomi terbesar di dunia ini saling melempar tarif lebih dari USD360 miliar dalam perdagangan dua arah, dengan jumlah terbesar, lebih dari USD250 miliar, dikenakan Washington.

Langkah proteksionis Presiden Amerika telah mulai membebani ekonomi Tiongkok, yang tahun lalu membukukan pertumbuhan ekonomi paling lambat dalam hampir tiga dasawarsa. Hal itu jadi alasan Trump mengklaim memiliki keunggulan dibandingkan China.

Kamis sebelumnya, Sekretaris Perdagangan Wilbur Ross mengatakan, Washington dan Beijing masih berjarak "bermil-mil" dari garis finish dalam proses perundingan. Ia mengingatkan agar tidak terlalu banyak menaruh harapan untuk resolusi akhir pada pembicaraan pekan ini.

"Saya pikir negosiasi minggu depan akan sangat penting dalam menentukan apakah Cina bersedia untuk berbicara tentang masalah struktural yang dikhawatirkan AS," kata pakar perdagangan di Dewan Hubungan Luar Negeri, Edward Alden, kepada AFP.

Namun, kata Alden, China kemungkinan akan menolak permintaan AS yang dianggap sebagai hambatan terhadap rencana strategis "Made in China 2025".

Diluncurkan pada tahun 2015, rencana tersebut bertujuan untuk mencapai dominasi China dalam teknologi mutakhir yang kemungkinan penting bagi keberhasilan ekonomi maju di masa depan, termasuk robotika, kecerdasan buatan, dirgantara, dan mobil listrik.

KEYWORD :

Ekonomi China Perang Dagang Amerika Serikat




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :