Sabtu, 20/04/2024 16:24 WIB

Kematian Ilmuan Buat Keamanan Vaksin Dipertanyakan

Selama beberapa dekade, dosis ini telah melindungi ratusan juta orang dari penyakit mematikan.

Profesor Martin Gore meninggal segera setelah menerima vaksinasi untuk demam kuning. Atas perkenan The Royal Marsden NHS Foundation Trust

Jakarta - Kematian mendadak seorang ilmuwan terkemuka setelah inokulasi rutin untuk demam kuning telah menyalakan kembali salah satu kontroversi terbesar dalam dunia kedokteran untuk menanyakan seberapa amankah vaksin.

Profesor Martin Gore dari Institute of Cancer Research di London, menderita kegagalan total organ sesaat setelah menerima dosis, dan meninggal minggu lalu.

Sementara kematiannya masih diselidiki, perhatian telah difokuskan pada vaksin sebagai penyebab yang paling mungkin.

Insiden ini telah membuka kembali perdebatan abadi tentang apakah manfaat vaksin lebih besar daripada potensi risikonya, dan menawarkan wawasan baru tentang bagaimana masyarakat dapat terpengaruh oleh emosi mentah dan kemarahan media massa atas fakta ilmiah.

Dipercaya bahwa Prof Gore, 67, memiliki vaksinasi sebelum melakukan perjalanan ke suatu daerah di mana demam kuning adalah endemik. Penyakit yang disebabkan oleh nyamuk mematikan, ini biasa terjadi di daerah tropis Afrika dan Amerika Tengah dan Selatan, dan membunuh hingga 50 persen dari mereka yang menderita penyakit lengkap.

Tetapi sejak 1930-an, vaksin telah tersedia yang menawarkan perlindungan seumur hidup dari satu suntikan. Mengandung versi virus yang melemah, ini memungkinkan sistem kekebalan tubuh untuk membangun pertahanan terhadap infeksi.

Selama beberapa dekade, dosis ini telah melindungi ratusan juta orang dari penyakit mematikan.

Namun, seperti halnya setiap vaksin, perlindungan itu bukannya tanpa risiko. Ini menyebabkan efek samping ringan seperti sakit kepala dan demam pada sekitar satu hingga tiga dari mereka yang menerima vaksin. Tetapi pada sekitar satu dari 250.000 kasus, itu memicu gejala yang sangat mirip dengan demam kuning itu sendiri, termasuk gagal ginjal dan hati, yang mengarah ke penyakit kuning yang memberi nama penyakit ini.

Dilansir The National, risiko-risiko ini sangat tinggi bagi mereka yang berusia di atas 60 seperti Prof Gore.

Meskipun dianggap lebih dari 1.000 kali lebih rendah daripada risiko meninggal akibat penyakit itu sendiri, beberapa ahli percaya mereka cukup untuk membenarkan hanya menghindari bepergian ke negara-negara yang terinfeksi.

Apakah Prof Gore mengetahui fakta ini tidak diketahui. Yang jelas bagi banyak orang, vaksinasi melibatkan pengambilan keputusan yang didasarkan pada lebih dari sekadar angka.

Sikap terhadap risiko yang terlibat dapat didikte oleh keprihatinan subyektif yang sering diremehkan oleh para ilmuwan sendiri.

Satu keprihatinan utama adalah efek dari liputan media, dan fakta bahwa peristiwa langka sekalipun pada akhirnya akan terjadi .

Ini memiliki implikasi mendalam bagi langkah-langkah kesehatan masyarakat seperti vaksinasi, yang secara rutin melibatkan jutaan orang.

KEYWORD :

Keamanan Vaksinasi Kematian Ilmuan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :