Kamis, 25/04/2024 11:50 WIB

Kementan Penuhi Pangan 260 Juta Jiwa Indonesia

Menurut Amran, yang disebut swasembada mana kala suatu negara bisa memenuhi kebutuhannya sendiri dengan 90 persen dan 10 persennya untuk impor.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman Panen Jagung Desa Randumerak, Kecematan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Rabu (16/1)

Probolinggo - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dengan tegas mengatakan Indonesia sudah swasembada. Itu disampaikan di sela panen jagung di Desa Randumerak, Kecematan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Rabu (16/1).

"Kami ingin informasikan di tempat ini tetang pangan kita," kata Amran, sembari menguraikan pengertian swasembada yang menurutnya masih banyak disalah artikan.

Menurut Amran, yang disebut swasembada mana kala suatu negara bisa memenuhi kebutuhannya sendiri dengan 90 persen dan 10 persennya untuk impor. "Itu adalah konsensus FAO di Roma," jelas Amran.

"Pada 10 November 1984, Pak Harto menerima penghargaan karena mampu swasembada, tapi pada saat bersamaan Indonesia masih mengimpor beras 414 ribu ton," kisah Amran.

Menurut data koreksi Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2016-2018, Indonesia tidak lagi melakukan impor beras, kecuali hanya limpasan dari 2015 menyusul el Nino yang menerjan Indonesia kala itu.

"2016, 2017 tidak ada impor  dan 2018 adalah surplus. Ada impor tapi itu hanya cadangan," terang Amran.

Lebih lanjut Amran menjelaskan, di tahun 84 itu penduduk Indonesia hanya 100 juta, sementara tahun ini 260 juta. Tapi kami mampu memenuhi pangan mereka. Nah ini yang harus dipahami bersama agar clear. Jangan dibuat masyarakat bingung," sambungnya.

Amran juga membeberkan kondisi perberasan dalam negeri.  Putra kelahiran Bone, Sulawesi Selatan itu mengatakan, cadangan beras saat ini 2 juta ton. Sebenarnya standar aman beras dalam negeri adalah 1 juta ton.

Stok beras di Bulog  saat ini 2,2 juta ton. Sementara itu, menurut BPS, Juni, September, Maret ada sekitar delapan hingga sembilan juta ton yang  ada di rumah tangga,  hotel, pasar-pasar dan mall.

"Katakanlah delapan juta ton. Kalau delapan juta  ditambah dua juta ton sama dengan 10 juta ton, jika kebutuhan makam masyarakat Indonesia 2,5 juta ton, maka itu cukup empat bulan," terang Amran.

Amran juga mencatat standing crop saat ini sekitar 3,88 juta per hektare. Menurutnya, jika per hektare mampu menghasilnya 5,29 juta, maka sama dengan 20 juta ton gabah kering atau 10 juta ton beras.

"Jika 10 juta ton beras dibagi 2,5 juta konsumsi berarti bisa digunakan selama empat bulan. Empat bulan tambah empat bulan sama dengan delapan bulan. Berarti beras kita aman hingga delapan bulan," terangnya.

Terkait harga beras, Amran menampik pihak yang mengatakan harga beras Indonesia tertinggi di dunia. Padahal, menurut data FAO, harga beras Indonesia berada di posisi 84 dari seratus lebih negara.

"Harga beras di Jepang mencapai Rp 57 ribu per kilogram. Jadi jangan lagi polemik. Kalau produsen beras, tahun 2017 Indonesia nomor 3 dunia. Catat ya, ini data FAO," sebutnya.

KEYWORD :

Panen Jagung Jawa Timur Probolinggo




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :