Lifestyle Coach Gwendoline Winarno (Foto: Ecka Pramita)
Jakarta - Masih banyak orang beranggapan jika real food sama dengan mengonsumsi makanan mentah yang tanpa dimasak. Sejauh ini definisi baku mengenai konsep real food ini memang belumlah ada.
Sebagai rujukan, di Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, real food tidak hanya identik dengan makanan alami, tanpa pengawet ataupun pewarna buatan. Melainkan terkait pula dengan konsep ramah lingkungan (konsep sustainable atau berkelanjutan), dan konsep ketahanan pangan (food security)
Lalu seperti apa diet real food di Indonesia? Praktisi Lifestyle Coach Gwendoline Winarno memberikan contoh mudah konsumen real food sehari-hari. Baginya, setiap kali orang lain bertanya soal real food ia tidak akan kasih lihat salad dan sejenisnya sebagai contoh, namun justru gado-gado, sayur asem, tumis atau lodeh.
"Kebanyakan dari mereka kaget karena makanan itu jadi konsumsi keseharian yang ternyata menyehatkan," ucap putri Pakar Kuliner Indonesia Bondan Winarno ini di Jakarta, Selasa (15/1).
Tapi, lanjut Gwen tentu ada yang membedakan, bukan dari bahan baku melainkan bahan tambahan yang digunakan. "Misalnya tidak aku kasih gula, karena konsep real food sebisa mungkin hindari gula ya, namun bisa diganti bahan lain seperti madu kalau suka," ucapnya.
Lalu setelah gula, pakai garam apa? "Kalau saya garamnya pasti pilih garam laut atau sea salt adi kita nggak pakai garem meja yang biasa konsumsi sehari-hari, kalau bisa kita cari yang sea salt," tambahnya.
Lalu bagaimana dengan pengganti gula pada minuman seperti teh dan gula? Menurut Gwen, kalau tidak susah di subtitusi saja misalmha dari gula putih kita ke gula merah atau brown sugar, brown sugar kita beralih ke yang lebih sehat dan kelamaan bisa lepas.
"Saya juga tidak menganjurkan pemanis atau gula buatan sebagai pengganti gula ya malah lebih tidak baik untuk kesehatan," saran Gwen.
KEYWORD :Real Food Gwendoline Winarno Hidup Sehat
