Kamis, 25/04/2024 23:55 WIB

Sebut Media Ecek-ecek, "Preman" Bandara Halim Dianggap Melecehkan

Setiap warga negara punya harkat dan martabat yang sama. Tindakan menyebut “media ecek-ecek” adalah tindakan bernuansa pelecehan yang sama sekali ini tidak dibenarkan

Seorang yang mengenakan kostum Puskopau yang mengaku bernama Ari. Dialah yang melecehkan pekerjaan jurnalis yang menyebutkan media ecek-ecek (foto: Rusman/jurnas.com)

Jakarta – Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Jakarta meminta TNI Angkatan Udara sebagai institusi yang menjadi pengelola Bandara Udara Halim Perdana Kusuma Jakarta, harusnya memberi sanksi terhadap pelaku bergaya “preman” yang melecehkan Pemimpin Redaksi jurnas.com, Rusman di parkiran bandara.

“Setiap warga negara punya harkat dan martabat yang sama. Tindakan menyebut “media ecek-ecek” adalah tindakan bernuansa pelecehan yang sama sekali ini tidak dibenarkan,” ujar Ketua AMSI, Rikando Somba.

Pemimpin Redaksi Validnews.co ini mengatakan,  AMSI menyesalkan tindakan oknum petugas Bandara Halim yang harusnya menjadi pelayan publik dan berada di depan pintu masuk Ibu Kota Jakarta melalui transportasi udara, justru tidak mencermikan wajah ramah pelayan publik.

Persoalan ini bermula saat Rusman sedang menjemput di Bandara Halim Perdana Kusuma pada Senin (31/12) sekira pukul 17.45 WIB. Seorang berkemeja biru bertuliskan Puskopau langsung menuding sebagai supir taksi online dan meminta untuk melihat ponselnya.

Sudah dijelaskan pekerjaannya dengan memperlihatkan kartu pers, tapi pekerja Puskopau yang mengaku bernama Bobi itu malah ngotot minta diperlihatkan HP.  "Jelas saya tolak, karena itu ranah privasi dan saya sudah perlihatkan (kartu pers), tapi ngotot minta ponsel," ujar Rusman.

Pelaku bernama Bobi memanggil temannya yang bernama Ari. Dan lagi-lagi meminta  ponsel. Oleh Rusman tetap ditolaknya. Tidak ingin berdebat terlalu lama, Rusman memperlihatkan aplikasi ponsel dengan tangannya sendiri dan menyebutkan nama-nama keluarganya.

Yang namanya Ari, sempat minta maaf. Tapi yang namanya Bobi, langsung pergi. "Yang bikin saya tambah jengkel, sambil jalan yang namanya Ari bilang, "Media Ecek-ecek". Anjrit. Aku berpikir ada anak-anak jadi malas ribut," ujarnya.

Menurut Erik - sapaan Rikando Somba-, apabila dalam rangka kegiatan penertiban taksi daring ini dilakukan di lingkungan Bandara Halim,  tidak ada dasarnya petugas-apalagi tanpa nama petunjuk identitas, memaksa pengemudi mobil manapun, untuk menunjukkan ponsel mereka. “Apalagi, ada unsur pemaksaan untuk penguasaan ponsel pihak lain meski dalam waktu singkat, ini bisa berindikasi pidana; perampasan,” ujarnya.

“Pada dasarnya, tindakan bernuansa kekerasan, intimidatif tidak boleh dilakukan individu manapun terhadap lainnya. Dan pernyataan ‘media ecek-ecek’ juga tak pantas dilontarkan petugas bandara yang nota bene adalah pelayan publik,” ujar Erik.

Sebelumnya sikap penyesalan juga disampaikan Sekjen AMSI Indonesia, Wahyu Dyatmika. Pemimpin Redaksi tempo.co ini mengatakan, gaya “Preman” pemaksaan oleh petugas bandara seharusnya tidak perlu terjadi jika pengelola bandara memiliki kebijakan yang lebih transparan soal transportasi publik dan taksi online.

“Kalau pun sudah aturan bandara, penegakan aturan itu seharusnya menggunakan cara-cara yang etis dan santun. Juga tidak mengganggu kenyamanan warga pengguna bandara,” ujar Wahyu.

Hingga saat ini belum ada tindakan dari pihak Pangkalan Udara (Lanud) Halim terhadap pelaku. Sebelumnya dari Kadispen AU, Marsma TNI  Novyan Samyoga dan Kasubdispen AU,  Letkol Sus M. Yuris berjanji akan menyelesaikan masalah tersebut.

 

KEYWORD :

Bandara Halim Taksi Online Pelecehan Jurnalis




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :