Selasa, 23/04/2024 18:06 WIB

Pidato Presiden China yang Dinanti-nanti Tak Sesuai Ekspektasi

Pidato itu tak sesuai ekspektasi karena dibalik seruan melakukan reformasi, tidak ada langkah-langkah spesifik.

Presiden China, Xi Jinping, juga sekretaris jenderal Partai Komunis China Central Committee dan ketua Komisi Militer Pusat, menghadiri sebuah pertemuan besar dalam rangka memperingati 90 tahun berdirinya Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) di Aula Besar Rakyat Di Beijing, China, 1 Agustus 2017 ( Foto:Xinhua)

Beijing - Presiden China, Xi Jinping usai menyampaikan pidato dalam memperingati ke-40 "Reformasi dan Pembukaan" Deng Xiaoping, menuju liberalisasi pasar, Selasa (18/12). Sayangnya, pidato itu tak sesuai ekspektasi karena dibalik seruan reformasi, tidak diimbangi langkah-langkah spesifik.

Dalam pidato yang berlangsung hampir satu setengah jam, Xi menyerukan dukungan ekonomi negara dan mendorong pengembangan sektor swasta. Ia mengatakan China akan memperluas upaya membuka dan memastikan pelaksanaan reformasi besar.

"Kita harus, dengan sepenuh hati, memperkuat perkembangan ekonomi negara dan juga mendorong, mendukung dan membimbing perkembangan ekonomi non-negara," kata Xi dalam pidato di Balai Besar Rakyat Beijing.

"Pembukaan membawa kemajuan sementara penutupan mengarah ke keterbelakangan," tambahnya.

"Setiap langkah reformasi dan pembukaan tidak mudah. Di masa depan, kita akan menghadapi segala macam resiko dan tantangan, bahkan badai menggelora yang tak terbayangkan," kata Xi, menekankan peran Partai Komunis yang berkuasa.

Pidato Xi itu disampaikan di tengah meningkatnya tekanan untuk mempercepat reformasi dan meningkatkan akses pasar bagi perusahaan asing karena perang perdagangan yang sengit dengan Amerika Serikat membebani ekonomi China.

Perang dagang  memacu beberapa pengusaha China, penasihat pemerintah dan think tank untuk menyerukan reformasi ekonomi yang lebih cepat dan pembebasan sektor swasta yang dihalangi oleh kontrol negara dan berjuang mendapatkan akses ke kredit.

Presiden Xi dan Donald Trump awal bulan ini setuju melakukan gencatan senjata 90 hari dalam sengketa perdagangan, dengan menghentikan segala macam jenis tarif dan melakukan negoisasi perdangangan.

Dalam pidatonya, Xi juga menyebutkan pencapaian pembangunan Tiongkok.

"Kupon gabah, kupon kain, kupon daging, kupon ikan, kupon minyak, kupon tahu, buku-buku tiket makanan, kudeta produk dan dokumen lain yang dulu tidak dapat dilakukan tanpa harus diserahkan ke museum sejarah," katanya.

"Siksaan kelaparan, kekurangan makanan dan pakaian, dan kesulitan yang telah menjangkiti warga kami selama ribuan tahun umumnya telah hilang dan tidak akan kembali," sambungnya.

Sejumlah tokoh pada acara tersebut di antaranya, termasuk kepala raksasa online Alibaba, Tencent Holdings dan Baidu dan pembuat mobil Geely Automobile Holdings.

KEYWORD :

Perang Dagang China Amerika Serikat Xi Jinping




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :