Jum'at, 19/04/2024 19:03 WIB

Stress di Malam Hari Lebih Mematikan

Sebuah penelitian yang dilakukan Hokkaido University di Sapporo menemukan bahwa stress di malam hari lebih berbahaya dibandingkan dengan waktu-waktu lainnya.

Pasangan stress

Jakarta - Sebuah penelitian yang dilakukan Hokkaido University di Sapporo menemukan bahwa stress di malam hari lebih berbahaya dibandingkan dengan waktu-waktu lainnya.

Menurut para peneliti tersebut, tubuh manusia melepaskan tingkat hormon yang lebih rendah yang membantu meredakan stres di malam hari. Sebaliknya di siang hari tingkat hormon lebih tinggi untuk meredakan stress.

"Studi kami menunjukkan kemungkinan kerentanan terhadap stres di malam hari," kata pemimpin studi Yujiro Yamanaka, ahli fisiologi medis di Hokkaido University di Sapporo.

"Namun, penting untuk mempertimbangkan jam biologis unik setiap individu dan waktu hari ketika menilai respon terhadap stres dan mencegah mereka," tambahnya.

Para peneliti mengukur kadar hormon stres kortisol dalam air liur dari 27 sukarelawan muda yang sehat. Mereka juga memaparkan bahwa mereka pada situasi yang penuh tekanan untuk melihat apakah aksis hipotalamus-pituitari-adrenal (HPA) merespon secara berbeda terhadap stres akut pada waktu yang berbeda-beda dalam satu hari.

Sumbu HPA menghubungkan sistem saraf pusat dan endokrin tubuh. Ketika peristiwa yang menegangkan mengaktifkan sumbu, tubuh melepaskan kortisol. Kadar kortisol juga dikontrol oleh jam sirkadian di otak.

Para relawan dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok terkena stress test di pagi hari, dua jam setelah bangun tidur. Kelompok lain terkena stress test di malam hari, setelah bangun selama 10 jam.

Tes 15 menit meliputi persiapan dan presentasi kepada tiga pewawancara dan kamera. Peserta juga harus melakukan aritmatika mental.

Para peneliti mengambil sampel air liur setengah jam sebelum tes, segera setelahnya, dan pada interval 10 menit selama setengah jam lagi.

Kadar kortisol meningkat secara signifikan di pagi hari, tetapi tidak di malam hari, hasil menunjukkan. Namun, denyut jantung peserta, indikator respon sistem saraf simpatetik terhadap stres tidak berbeda.

"Tubuh dapat merespon peristiwa stres pagi dengan mengaktifkan aksis HPA dan sistem saraf simpatetik, tetapi itu perlu untuk menanggapi peristiwa stres malam dengan mengaktifkan sistem saraf simpatetik saja," kata Yamanaka.

Para peneliti menyebutkan bahwa orang-orang biasanya lebih bisa meredakan stressnya di pagi dan siang hari ketimbang mengalami ketika stress di malam hari.

 

KEYWORD :

Penyakit Strees Penelitian Hokkaido University




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :