Jum'at, 26/04/2024 03:10 WIB

PMI Sektor Profesional dan Formal Diprioritaskan

Sekretaris Utama Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Tatang Budie Utama Razak mengatakan, ada banyak bidang pekerjaan di sektor profesional dan formal yang dapat diisi oleh PMI

Sekretaris Utama Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Tatang Budie Utama Razak

Jakarta – Pasca moratorium pengiriman pekerja migran Indonesia (PMI) di sektor informal khususnya pembantu rumah tangga (PRT) ke luar negeri, pemerintah kini memprioritaskan pengiriman PMI di sektor profesional dan formal.

Alasannya, menurut Sekretaris Utama Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Tatang Budie Utama Razak, ada banyak bidang pekerjaan di sektor profesional dan formal yang dapat diisi oleh PMI, untuk memenuhi kebutuhan pasar Eropa, Amerika, Australia, dan Timur Tengah. Antara lain, engineer, finance, dan hospitality.

“(Pengiriman) pembantu itu hentikan lah. Sudahlah kita setop. Karena faktanya bahwa kita bisa mengisi pasar dan dibutuhkan, bahkan demand-nya sangat tinggi,” kata Tatang kepada awak media dalam kegiatan Forum Tematik Bakohumas: Peran Pemerintah Pusat, Daerah, dan Swasta dalam Penempatan dan Pelindungan PMI, di Jakarta pada Rabu (12/12).

Tatang menjelaskan, saat ini negara-negara maju sedang mengembangkan industri besar-besaran. Dengan pertumbuhan penduduk yang minus, maka secara otomatis dibutuhkan banyak tenaga kerja untuk menjalankan industri tersebut.

Dia mencontohkan, Polandia menjadi negara penyumbang 25 persen logistik Uni Eropa. Di negara tersebut, pekerjaan transporter sangat dibutuhkan, dengan gaji mencapai 1.500-1.800 euro per bulan.

“Itu sekitar Rp25 jutaan. Syukur0syukur kalau kita kirim ke sana kan lebih bagus,” imbuhnya.

Selain itu, BNP2TKI sebelumnya juga mengirim PMI lulusan SMP dan SMA ke Korea Selatan lewat program G to G. Di Negeri Gingseng, lanjut Tatang, mereka digaji hingga Rp25 juta per bulan.

Namun untuk menembus pasar tersebut, Tatang menyebut perlu ada penyesuaian terhadap lembaga pendidikan untuk meningkatkan keahlian (skill) para PMI di bidang-bidang tertentu. Pasalnya, negara-negara maju memiliki standar tinggi bagi pekerja asing.

“Saya di Kuwait dalam hitungan beberapa bulan saja demand (permintaan) ribuan, tapi tidak bisa dipenuhi karena ijazah tidak fit, sudah tidak memenuhi syarat. Maunya disana S1, tapi di sini cuma D4, maka itu kan harus di-adjust,” tandasnya.

KEYWORD :

Pengiriman PMI Tatang Budie Tenaga Kerja




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :