Rabu, 24/04/2024 01:41 WIB

Kuliah di Tenda Darurat, Ini Keluhan Mahasiswa Unram

Bainina Septian (19) menyebut kuliah di tenda darurat sangat menyiksa pada siang hari. Sebab, selain hawa panas, kebisingan juga membuat suasana perkuliahan tidak kondusif.

Perkuliahan di Universitas Matarama masih menggunakan tenda darurat (Foto: Muti/Jurnas)

Jakarta – Sejumlah mahasiswa Universitas Mataram (Unram), Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) mengeluhkan perkuliahan di tenda darurat, yang sudah dilaksanakan selama empat bulan terakhir, pasca gempa 6,4 skala ritcer (SR) dan 7,0 SR pada Agustus lalu.

Bainina Septian (19) menyebut kuliah di tenda darurat sangat menyiksa pada siang hari. Sebab, selain hawa panas, kebisingan juga membuat suasana perkuliahan tidak kondusif.

“Kalau sudah jam 10 ke atas panasnya luar biasa. Bising juga karena tenda sebelah ada belajar mengajar, jadi konsentrasi terganggu,” tutur mahasiswi fakultas ilmu pendidikan (FKIP) tersebut kepada Jurnas.com, saat ditemui di Gedung Rektorat Unram, beberapa waktu lalu.

Sementara fasilitas yang ada di tenda, lanjut Bainina, tidak sepenuhnya merata. Menurut keterangannya, masih ada beberapa kelas yang belum dilengkapi dengan kipas angin. Dengan demikian, cara satu-satunya ialah dengan bergantian.

Hal senada juga disampaikan oleh Edi Airlangga (19). Mahasiswa semester awal FKIP itu mengatakan perkuliahan di tenda membuatnya kerap terganggu. Karena itu, dia berharap agar renovasi gedung fakultasnya selesai dalam waktu dekat.

“Kami berharap pemulihan cepat selesai agar bisa belajar di dalam gedung, karena dari sisi pembelajaran sangat terganggu,” ujar Edi.

Diketahui, Wakil Rektor Bidang Akademik Prof. Dr. Ir. Lalu Wiresapta Karyadi, M.Si menyebut setidaknya tujuh gedung fakultas tak layak pakai. Ketujuhnya ialah fakultas pertanian, fakultas ilmu pendidikan, fakultas peternakan, fakultas teknologi pangan, fakultas hukum, fakultas ekonomi, dan fakultas kedokteran.

“Gedung kuliah berdasarkan assessment sementara tidak dimungkinkan untuk mengadakan perkuliahan, sehingga rektor menyiapkan tenda darurat. Tanggal 31 September sebagai awal tahun akademik harus dimulai,” kata Karyadi kepada Jurnas.com pada Minggu (9/12) di Gedung Rektorat Unram.

Dari hasil penilaian tim assessment, lanjut Karyadi, kerusakan di Unram mencapai 35 persen. Jumlah tersebut merupakan akumulasi sejak mulai gempa pertama 6,4 skala ritcer (SR) pada 29 Juli, kemudian berlanjut gempa 7,0 SR pada 5 Agustus, dan ribuan gempa susulan lainnya.

KEYWORD :

Universitas Mataram Gempa Lombok




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :