Jum'at, 19/04/2024 19:14 WIB

Masalah Logistik dan Pergudangan Hambat Potensi Perikanan Nasional

Masalah logistik dan pergudangan menjadikan sektor perikanan nasional belum bisa digarap secara maksimal.

Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), Rifky Efendi Hardijanto bersama para nelayan

Gorontalo - Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), Rifky Efendi Hardijanto menyebut Indonesia merupakan negara kepulauan, dengan luas laut 70 persen dari total luas wilayah nusantara.

Sektor kelautan dan perikanan punya potensi besar untuk mendongkrak ekonomi nasional. Hanya saja, masalah logistik dan pergudangan menjadikan sektor perikanan nasional belum bisa digarap secara maksimal.

“Kita tahu di daerah potensi perikanannya sangat besar, hanya saja karena masalah logitik dan minimnya gudang penyimpanan (cold storage), menjadikan sektor ini belum maksimal untuk digarap,” kata Rifky saat melakukan kunjungan kerja bersama Komisi IV DPR RI, di Gorontalo, pada Selasa (16/10).

Karena itu menurut Rifky, saat ini kami (KKP) gencar menyelesaikan masalah gudang-gudang perikanan, terutama di daerah-daerah lumbung perikanan, seperti di Gorontalo.

“Pelan-pelan kami selesaikan kebutuhan cold storage, disamping sambil jalan kita semua coba selesaikan untuk masalah logistik. Sehingga ekspor sektor kelautan dan perikanan bisa terus kita tingkatkan,” tambahnya.

Rifky menuturkan, Indonesia memiliki program Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN), yang mengacu pada Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 26 tahun 2012, tentang Sistem Logistik Nasional.

SLIN bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan stabilisasi sistem produksi perikanan hulu-hilir, pengendalian disparitas dan stabilisasi harga, serta untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri.

“Bukan hanya gudang saja, nanti juga logistik kita selesaikan. Makanya kami ajak seluruh stakeholder atau pun instansi, kementrian, ataupun lembaga lain untuk sama-sama majukan sektor kelautan dan perikanan,” ujarnya.

Bicara ekspor, nilai ekspor perikanan terus meningkat hingga Agustus 2018. Peningkatan nilai ekspor pada 2017 hampir mencapai angka nilai ekspor 2014 sebesar US$4,514 juta. Neraca perdagangan produk perikanan positif berada di angka US$4,039 juta pada 2017.

“Realisasi volume ekspor sebesar 702.73 ribu ton, meningkat 7.04 % dibandingkan dengan realisasi pada bulan Agustus 2017,” terang Rifky.

Sementara untuk domestik, angka konsumsi ikan nasional terus meningkat. Pada 2016 mencapai 43,94 kg/kap atau meningkat 6,74 persen dari tahun sebelumnya (41,11 kg/kap). Adapun pada 2017 meningkat menjadi 47,34 kg/kap, serta target 2018 dan 2019 masing-masing sebesar 50,65 kg/kap dan 54,49 kg/kap.

“Bukan hanya orientasi ekspor, kebutuhan untuk domestik juga ikut meningkat. Itu karena masyarakat sadar akan pentingnya makan ikan buat kesehatan,” katanya.

Untuk bantuan di Gorontalo sendiri, sejak 2015 hingga 2018, Direktorat Jendral PDSPKP telah memberikan bantuan dengan total nilai anggaran sebesar Rp54,9 miliar, di antaranya satu unit Gudang Beku Terintegrasi (ICS), empat unit kendaraan berpendingin, 25 unit Chest Freezer, 13 unit Ice Flake Machine, empat unit Cold Storage, satu unit Pasar Ikan Bersih, kendaraan berpendingin, dan chest freezer.

“Mudah-mudahan dengan adanya penambahan bantuan gudang berkapastitas 200 ton ini, bisa bermanfaat dan mampu meningkatkan taraf ekonomi masyarakat Gorontalo dan sekitarnya,” tuturnya.

Dalam kesempatan sama, anggota DPR RI Komisi IV Roem Kono bantuana tersebut melebihi ekspektasi yang dibayangkan. “Ini sangat bagus, dan megah. Harapannya bermanfaat untuk masyarakat,” kata Roem.

“Intinya sudah menjadi kewajiban dan keharus untuk memperjuangkan kepentingan rakyat. Agar masyarakat sejahtera,” tandasnya.

KEYWORD :

Perikanan KKP Gudang




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :