Rabu, 17/04/2024 02:22 WIB

Saat Impor Menurun Ekspor jadi Lesu

Impor Indonesia pada Agustus mengalami penurunan 7,97 persen dari Juli dengan nilai USD16,84 miliar

Bank Indonesia

Jakarta - Kebijakan pemerintah untuk mengendalikan impor masih butuh waktu untuk benar-benar bisa mengerem impor. Begitu kata Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Dody Budi Waluyo menyoroti melemahnya neraca perdagangan Indonesia pada Agustus sebesar USD1,02 miliar.

Defisit tersebut lebih kecil dari bulan Juli yang mencapai USD2,03 miliar.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (PBS), impor Indonesia pada Agustus mengalami penurunan 7,97 persen dari Juli dengan nilai USD16,84 miliar. Namun, ekspor Indonesia juga masih lesu dengan nilai USD15,82 miliar atau turun 2,9 persen dari bulan Juli.

"Kebijakan (pengendalian impor) sudah mulai terlihat dampaknya. Tentunya masih akan bertahap karena kita melihat kebijakan itu untuk periode menengah panjang," urai Dody.

Dengan begitu, lanjut Dody, tekanan terhadap rupiah seharusnya bisa membaik, kecuali bila pasar mengestimasikan defisit perdagangan dengan nilai yang lebih kecil.

Meskipun defisit perdagangan mulai mengecil, namun Dody mengakui masih butuh waktu untuk benar-benar bisa memperbaiki kinerja perdagangan.

"Memang masih butuh upaya agar ekspor kita lebih tumbuh, khususnya manufaktur," ungkap Dody.

Nilai tukar rupiah yang masih terdepresiasi, menurut Dody, seharusnya dapat menjadi faktor positif untuk meningkatkan daya saing ekspor produk Indonesia. Selain itu, peningkatan harga komoditas yang melambat, kata dia, juga berpengaruh pada nilai ekspor komoditas Indonesia.

Dody mengatakan meskipun neraca perdagangan masih defisit, namun BI tetap yakin defisit transaksi berjalan di bawah 3 persen dari PDB.

"Kita tunggu neraca transaksi berjalan triwulan II yang akan keluar Oktober atau November nanti," lanjut Dody.

Oleh karena itu, menurut Dody, BI terus berupaya menjaga aliran modal masuk, karena defisit yang ada dalam neraca perdagangan ataupun transaksi berjalan butuh pembiayaan.

Defisit itu akan tertutupi bukan saja bila ada aliran modal masuk yang berasal dari investasi asing langsung (FDI), tetapi juga dari investasi portofolio.

"Itu pentingnya kita menjaga diferensiasi suku bunga Indonesia dengan negara lain supaya kita bisa berlomba untuk menarik aliran modal masuk di tengah berkurangnya aliran modal ke negara berkembang," urai Dody. (aa)

KEYWORD :

Dody Budi Waluyo BI defisit impor ekspor




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :