Sabtu, 20/04/2024 13:04 WIB

Menyingkap Tabir "Konspirasi Global Penguasaan Pelabuhan Nasional"

Buku tersebut menceritakan sebuah konspirasi global yang bertabrakan dengan semangat berdikari

‎Diskusi buku bertajuk Melawan Konspirasi Global di Teluk Jakarta

Jakarta - Penulis Ahmad Khoirul Fata dan MD Aminudin menyingkap tabir pengelolaan terminal petikemas JICT dan TPK Koja, Jakarta Utara. Kedua penulis itu menuangkannya dalam sebuah ‎buku bertajuk "Melawan Konspirasi Global di Teluk Jakarta" yang diluncurkan dalam rangka perayaan 73 tahun Pancasila.

Fata mengungkapkan, buku tersebut menceritakan sebuah konspirasi global yang bertabrakan dengan semangat berdikari sekaligus perwujudan Nawacita dalam pengelolaan gerbang ekonomi  Indonesia tersebut.‎

Dikatakan Fata, para pekerja sudah banyak melakukan kemajuan dan terobosan untuk pelabuhan JICT dan TPK Koja selama hampir 20 tahun. Kiprah itu dilakukan demi mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Akan tetapi, pengelolaan kedua pelabuhan ini akan dilanjutkan kembali dengan Hutchison Port milik taipan Hong Kong Li Ka Shing. ‎Perpanjangan kontrak JICT dan Koja `celakanya` dimulai 5 tahun sebelum kontrak awal habis. Hal itu ditenggarai melanggar Undang-Undang dan merugikan negara hampir Rp 6 triliun.

Merespon hal itu, Amin dan Fata akhirnya merangkum seluruh `transaksi haram` itu dalam buku tersebut. Ditegaskan Fata, masyarakat perlu tahu aroma tak sedap terkait pengelolaan gerbang ekonomi Indonesia tersebut.

"Masyarakat perlu tahu busuknya kasus JICT ini. Harapannya, (dengan buku ini) Pemerintah dan masyarakat mendukung semangat berdikari dan Nawacita serta Pancasila dalam pengelolaan pelabuhan yang menyangkut hajat hidup orang banyak," ungkap Fata dalam acara peluncuran buku Melawan Konspirasi Global di Teluk Jakarta  di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, Kamis (31/5/2018).

Tak jauh berbeda juga disampaikan penulis MD Aminudin. Dikatakan Aminudin, ‎buku ini telah melalui berbagai riset primer dan sekunder sehingga buku itu secara lengkap mengulas bagaimana buruknya modus konspirasi global asing untuk menguasai BUMN  pelabuhan.

Dalam proses pembuatan buku ini, penulis melakukan riset, pengumpulan data dan wawancara dengan para tokoh nasional dan anak-anak bangsa. Khususnya para pekerja JICT yang ingin perusahaan bongkar muat petikelas tersebut bisa kembali dikelola Indonesia 100%.

Ironinya, ikhtiar mereka dibungkam dan diberangus oleh oknum-oknum tertentu. Dari hasil riset, pengumpulan data dan wawancara diperoleh benang merah jika pihak asing sangat berhasrat mengusai aset bangsa.

"Itu menjadi bahan yang kami tuliskan dalam buku untuk mencerminkan kondisi betapa asing sangat berhasrat menguasai aset vital bangsa," ujar Aminudin.

Sementara itu, Ekonom INDEF Bima Yudhistira mengungkapkan, ada tren pemaksaan BUMN berhutang lewat cara penerbitan Global Bond demi pembiayaan infrastruktur. Bima khwatir bukan hanya aset strategis JICT tapi akan terjadi bom waktu yang akan meledak. ‎

"Kenapa dipaksakan? Awalnya karena cita-cita pembangunan infrastruktur. Namun ternyata diluar prediksi. Infrastruktur tersebut tidak mengurangi ongkos logistik. Model ini yang bikin rusak. ‎Pada satu titik BUMN akan menyerah. Contohnya Pelindo II yang mulai kepayahan membayar hutang global bond. Pada akhirnya harga yang dibayar Indonesia akan sangat mahal. Bahkan nasionalisasi BUMN seperti JICT dari Hutchison hanya angan-angan," kata Bima.‎

Pada kesempatan ini Mensesneg Era Presiden Gus Dur, Bondan Gunawan menekankan pentingnya menggelorakan semangat berdikari. Dikatakan Bondan, hal ini ‎bukan sekedar perjuangan segelintir buruh,  tetapi lebih pada kecintaan mereka terhadap tanah air.
 
"Perjuangan ini yang masih belum selesai. Kita kok yah senang terhina karena tidak dipercaya sebagai bangsa sendiri utk mengelola aset strategis nasional JICT dan Koja," tutur Bondan.

KEYWORD :

Buku Pancasila Konspirasi Jakarta




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :