Kamis, 18/04/2024 08:11 WIB

Kisah Pegawai yang Kini Jadi Pemilik Perusahaan di Australia

Saat ini perusahaannya menjadi market leader perangkat lunak (software) keamanan lalu lintas darat dan laut, produktivitas lembaga, dan penegakan hukum di seluruh wilayah Australia

Hengki Widjaya

Jakarta - Bicara pengusaha Indonesia yang sukses di negeri Kangguru, nama Iwan Sunito, pemilik dan CEO Crown Group, pengembang properti yang berbasis di Sydney lebih banyak dikenal.

Faktanya, di Australia ada Hengki Widjaja, pengusaha  yang juga mengembangkan bisnisnya di sana. Hengki adalah salah satu pemilik dan Direktur Itree Pty Ltd.

Saat ini perusahaannya menjadi market leader perangkat lunak (software) keamanan lalu lintas darat dan laut, produktivitas lembaga, dan penegakan hukum di seluruh wilayah Australia dan Selandia Baru dengan kantor pusat di Wollongong, kota ketiga terbesar di New South Wales, 80 kilometer sebelah selatan Sydney.

Pangsa pasar terbesar Itree adalah pemerintah, bahkan hampir semua lembaga negara, terutama di Australia, menjadi pelanggannya.
Saat berkunjung ke Jakarta, ia pun bercerita tentang kehidupan saat kecil hingga akhirnya menjadi bos perusahaan.

Sejak kelas 6 Sekolah Dasar pria kelahiran Surabaya pada 1976 ini sudah mempunyai minat yang demikian besar di bidang pemrograman komputer.

Hengki kecil memanfaatkan komputer milik kakaknya untuk belajar. Ketika itu, masih berupa PC IBM 286.

Ia pun mulai kursus komputer Program Basic. Menginjak kelas 1 Sekolah Menengah Pertama, ia sudah belajar Program Pascal, Fortran dan seterusnya.

Keterbatasan pelajaran ilmu komputer, ditambah belum masuknya internet ke Tanah Air, waktu itu (1994) mendorong Hengki untuk meneruskan pendidikan ke University of Wollongong. Ada dua alasan kenapa ia memilih perguruan tinggi tersebut. Pertama, jarak. Waktu itu ia harus memilih ke Amerika atau Australia. Karena Amerika terlalu jauh, maka pilihannya ke Australia.

Kedua, kalau di Australia, maka University of Wollongong merupakan salah satu yang terbaik di bidang ilmu komputer, terutama practical application-nya. “Akhirnya saya tinggal di Wollongong dan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komputer [Bachelor of Computer Science] dalam tiga tahun,” lanjut penyuka olahraga bola basket ini.

Hengki belum puas dengan gelar sarjananya. Ia tertarik melanjutkan ke jenjang pascasarjana di universitas yang sama dengan spesialisasi keamanan komputer (computer security). Sayangnya, kala itu 1998, Indonesia terkena krisis moneter. Orang tuanya menyatakan tidak sanggup membiayai kuliahnya karena pendapatan yang terbatas akibat kenaikan kurs rupiah terhadap dolar.

Mendengar kabar itu Hengki sempat bingung. Walau begitu, ia tak putus asa. “Saya lantas bilang kepada orang tua saya, ‘Oke, enggak usah takut dengan biaya hidup karena saya akan mencarinya sendiri’. Tapi uang yang ada dipakai untuk membayar kuliah. Waktu itu hanya cukup untuk membayar dua semester,” kenangnya.

Itulah awal mula Hengki harus mencari pekerjaan di Wollongong. Pekerjaan pertamanya yaitu Access Database, lalu Tutorial Programming. Setelah itu barulah ia bergabung dengan Itree sebagai casual software developer. Saat ia masuk, karyawan perusahaan tersebut baru tiga orang.

Seiring berjalannya waktu, Itree terus tumbuh. Kinerja keuangannya semakin baik. Peningkatan kinerja itu tak lepas dari peran Hengki. Kariernya pun cemerlang karena itu. Saat menjadi project manager, ia berhasil menorehkan keuntungan proyek terbaik dibanding project manager lainnya.

 

KEYWORD :

Inspirasi Pengusaha Australia Hengki Widjaya




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :