Ilustrasi penyakit lupus.(Foto : Royal Queen Seeds)
Jakarta - Penyakit Lupus Eritematosus Sistemik (LES) juga dikenal sebagai "Penyakit Seribu Wajah" karena memiliki sebaran gambaran klinis yang luas serta tampilan perjalanan penyakit yang beragam, sehingga seringkali menimbulkan kekeliruan dalam upaya mengenalinya.
dr. Asjikin Iman Hidayat Dachlan, MHA, Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Sesditjen P2P) Kementeriaan Kesehatan RI di Jakarta, Selasa (8/5) mengungkapkan, faktor genetik, imunologik dan hormonal serta lingkungan diduga berperan dalam perjalanan penyakit ini.
"Kekeliruan dalam pengenalan penyakit lupus ini masih sering terjadi, sehingga seringkali terlambat dalam diagnosis dan penatalaksanaannya," jelas dr. Asjikin
dr. Sumariyono, SpPD-KR, Divisi Reumatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM menerangkan penyebab lupus hingga saat ini belum sepenuhnya diketahui. Kombinasi faktor genetik, hormon, dan lingkungan diduga sebagai penyebab.
Faktor genetik, sekitar 7 persen pasien LES memiliki keluarga dekat (orangtua atau saudara kandung) yang juga didiagnosis LES. Faktor lingkungan dipicu oleh infeksi, stres, makanan, antibiotik (khususnya kelompok sulfa dan penisilin), cahaya ultraviolet (matahari), penggunaan obat-obatan tertentu, merokok, paparan kristal silica.
Masyarakat Diimbau Lengkapi Vaksinasi Covid-19
Sedangkan faktor hormonal, umumnya perempuan lebih sering terkena penyakit LES dibandingkan laki-laki. "Meningkatnya angka pertumbuhan penyakit LES sebelum periode hormon estrogen menjadi pencetus penyakit LES," jelas dr. Sumariyono.
LES memiliki gejala yang mirip dengan penyakit lain, sehingga sulit untuk dideteksi. Tingkat keparahannya pun beragam mulai dari ringan hingga yang mengancam jiwa. Gejala LES dapat timbul secara tiba-tiba atau berkembang perlahan.
Polemik Zat Adiktif di RUU Kesehatan, Usulan Pembedaan Aturan Rokok Konvensial dan Elektrik Mulai Muncul
Pasien LES dapat mengalami gejala yang bertahan lama atau bersifat sementara sebelum akhirnya kambuh lagi. "Kesulitan dalam upaya mengenali LES sering kali mengakibatkan diagnosis dan penanganan yang terlambat," katanya.
KEYWORD :penyakit lupus autoimun sehat sakit Kemenkes P2P