Kamis, 18/04/2024 22:36 WIB

Dari Bogor, Islam Wasathiyah Digelindingkan untuk Peradaban Dunia

Pesan Bogor disusun dengan ringkas dan tidak seperti pesan-pesan yang lahir dari konferensi semacam KTT Ulama dan Cendekiawan.

Jokowi, Din Syamsudin dan Ahmad

Bogor - Konsultasi Tingkat Tinggi (KTT) Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia yang berlangsung 1-3 Mei, di Bogor telah berakhir Kamis (3/5). Seluruh Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia yang hadir dalam KTT tentang Islam Wasathiyah itu menyepakati dan mendukung poin-poin yang ada dalam "Bogor Message”.

Pesan Bogor dihasilkan dari KTT yang dihadiri oleh seratusan Ulama dan Cendekiawan Muslim dari 40 negara. ”Seluruh ulama menyetujuinya, dan ada beberapa tambahan yang akan disusun dalam Pesan Bogor,” kata Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban (UKP-DKAAP) Prof. Dr. Din Syamsudin.  

Menurut Din, Pesan Bogor disusun dengan ringkas dan tidak seperti pesan-pesan yang lahir dari konferensi semacam KTT Ulama dan Cendekiawan. ”Hanya ada tiga butir konsideran (pertimbangan), namun kemudian diletakkan di dalam komitmen yang bersifat praktis. Terutama lewat Poros Wasathiyah Islam Dunia, disepakati untuk didirikan dan berada di Indonesia,” ujarnya.  

Melalui poros ini semua program akan dirancang termasuk untuk diadakannya pertemuan tahunan.  Isi pertimbangan Pesan Bogor tersebut, lanjut Din, para Cendekiawan Muslim Dunia yang bersidang di KTT Cendekiawan Muslim Dunia tentang Wasathiyah Islam mengakui realitas peradaban modern yang mengalami kekacauan global, ketidakpastian dan akumulasi kerusakan global. Hal ini juga diperparah oleh kemiskinan, buta huruf, ketidakadilan, diksriminasi dan berbagai bentuk kekerasan baik di tingkat nasional maupun global.  

Empat isi Pesan Bogor yang dihasilkan dari KTT Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia; Pertama, mengaktifkan kembali paradigma Wasathiyah Islam sebagai ajaran Islam Pusat yang meliputi tujuh nilai utama. Tujuh nilai utama tersebut yakni tawasuth (tengahan), I’tidal (adil proporsional), tasamuh (toleransi), syura (musyawarah), islah (membangun dan perdamaian), qudwah (keteladanan utama), dan muwatonah (keberbangsaan).

Pesan kedua yakni menjunjung tinggi nilai-nilai paradigma Wasathiyah Islam sebagai budaya hidup secara individual dan kolektif, dengan melambangkan semangat sejarah peradaban Islam. Ketiga, memperkuat tekad untuk membuktikan kepada dunia, bahwa umat Islam sedang mengalami paradigma Wasathiyah Islam dalam semua aspek kehidupan.  

Keempat, mendorong negara-negara Muslim dan komunitas untuk mengambil inisiatif untuk mempromosikan paradigma Wasathiyah Islam, melalui Fulcrum (poros) of Wasathiyah Islam, dalam rangka membangun Ummatan Wasatan, sebuah masyarakat yang adil, makmur, damai, inklusif, harmonis, berdasarkan pada ajaran Islam dan moralitas.  

Gerakan penyebaran Islam moderat tidak boleh terhenti usai KTT Ulama dan Cendekiawan tersebut. Agar terus bergaung dan menular ke tempat lain, Islam penengah dapat menjadi solusi dalam memperbaiki citra Islam yang kerap disamakan dengan kekerasan. ”Padahal sejatinya, Islam adalah agama yang damai,” kata Din.

Din berharap ide-ide Islam Wasathiyah yang berciri damai dan toleran dapat menyebar ke berbagai penjuru dunia seperti bola salju. ”Agar jadi bola salju keluar, dan menyebar ke seluruh dunia,” tegasnya.

Din menambahkan, gerakan ini diharapkan dapat menjadi upaya revitalisasi pandangan dunia terhadap Islam. Apalagi, lanjut Din, gerakan menyebarkan Islam Wasyathiyah ala Indonesia saat ini memiliki jaringan yang lebih baik sejak KTT Ulama dan Cendekiawan digelar. ”Jaringan itu semakin luas sehingga jalan sudah terbuka. Tinggal langkah Indonesia untuk melanjutkan upaya langkah tersebut,” jelasnya.

Din cukup puas dengan hasil KTT Ulama dan Cendekiawan Dunia di Bogor. Terlebih, kata Din, para ulama dan cendekiawan antarnegara yang berkumpul dalam KTT tersebut memiliki pandangan yang sama mengenai Islam moderat. ”Di negara lain menjadi senada. Kami sekarang mempunyai keringanan langkah untuk bergerak,” pungkasnya.

KEYWORD :

islam wasathiyah islam peradaban dunia




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :