Jum'at, 26/04/2024 04:57 WIB

Konflik Perdagangan China-AS "Untungkan" Indonesia

Jelang Ramadan, ekspor ke Timur Tengah diprediksi naik.

Ilustrasi Kelapa Sawit

Jakarta - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menprediksi ekspor produk kelapa sawit ke Tiongkok bulan depan meningkat setelah negara tersebut berencana menaikkan tarif impor kedelai dari Amerika Serikat (AS).

Wakil Ketua Umum III Urusan Perdagangan dan Keberlanjutan (Gapki) Togar Sitanggang mengatakan, kenaikan tarif ini adalah respons Tiongkok atas kebijakan AS yang menaikkan tarif impor baja, aluminium mesin cuci dan panel surya.

Pada Januari, impor kedelai Tiongkok dari AS sudah mulai menunjukkan penurunan, sekitar 14 persen year on year (yoy) menjadi 5,82 juta ton atau setara dengan 67 persen dari total impor.

Menurut Togar, peluang peningkatan ekspor juga datang di negara-negara Timur Tengah dan Pakistan.

"Negara-negara ini mempersiapkan diri menyambut Ramadan," ujar Togar dalam siaran tertulis, Selasa.

Menurut Togar, kinerja ekspor sawit Indonesia pada Februari ini turun sekitar 14 persen. Sepanjang Februari, volume ekspor hanya sekitar 2,37 juta ton atau turun sekitar 370,7 ribu ton dibanding Januari yang mencapai 2,74 juta ton.

Secara tahunan total volume ekspor Januari-Februari 2018 mencapai 5,1 juta ton atau turun 3 persen dibanding periode sama tahun lalu yang mencapai 5,3 juta ton. Penurunan ini cukup mengkhawatirkan karena pada Februari, harga jual sawit global tergolong rendah, bergerak pada kisaran USD652,5 hingga USD685 per metrik ton.

Penurunan ekspor paling signifikan dicatatkan oleh AS sebesar 50 persen, dari 193,47 ribu ton pada Januari menjadi 95,9 ribu ton pada Februari. Ini karena tingginya stok kedelai di negara tersebut.

Penurunan berikutnya terjadi di India sebesar 26 persen, Pakistan 22 persen, Uni Eropa 17 persen, Afrika 16 persen, dan Bangladesh 4 persen.

Namun, kinerja baik tetap berhasil dicatatkan oleh beberapa negara. Misalnya di kawasan Timur Tengah yang mencatat kenaikan permintaan sebesar 41 persen atau dari 148 ribu ton pada Januari menjadi 209 ribu ton pada Februari.

Permintaan dari Tiongkok juga naik sebesar 6 persen, dari 307,4 ton pada Januari menjadi 326,3 ribu ton pada Februari.

"Dari sisi produksi juga turun sekitar 2 persen. Dari 3,4 juta ton pada Januari menjadi 3,35 juta ton pada Februari," ujarnya. (aa)

KEYWORD :

kelapa sawit China Amerika Serikat kedelai impor




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :