Risiko seseorang mengalami angina pektoris meningkat saat memasuki usia tua (Foto: U-stock)
Jakarta - Angina pektoris atau yang biasa dikenal dengan angin duduk umumnya ditandai dengan rasa nyeri pada dada seperti ditekan, berat, dan tumpul. Nyeri juga dapat menyebar atau hanya dirasakan di dada kiri, lengan kiri, leher, rahang, dan punggung.
Dokter Spesialis Jantung Rumah Sakit Evasari Awal Bros Jakarta, dr. Addiena Primawati, SpJP mengatakan beberapa gejala lainnya yang dapat dialami meliputi sesak napas, mudah lelah, maupun merasakan nyeri seperti gejala penyakit asam lambung.Risiko seseorang mengalami angina pektoris meningkat saat memasuki usia tua, memiliki keturunan kelainan jantung atau gejala angina, dan kondisi medis lainnya seperti hipertensi, kolestrol tinggi, dan diabetes. “Selain itu, gaya hidup juga menjadi faktor yang dapat meningkatkan risiko, seperti merokok, mengonsumsi alkohol berlebih, mengonsumsi makanan berlemak, kurang berolahraga, obesitas, dan stres,” tandasnya.Baca juga :
Peran strategis PERKI di Bidang Kardiovaskular
Karena itu, selain melakukan tes fisik dan menanyakan riwayat kesehatan pasien beserta keluarga, tes berikut juga akan dilakukan:1. Elektrokardiogram (EKG), untuk memeriksa aliran listrik jantung dan memantau jika terdapat interupsi pada irama jantung.
Peran strategis PERKI di Bidang Kardiovaskular
angin duduk jantung Angina Pektoris