Rabu, 24/04/2024 06:03 WIB

Lewat Rasa dan Sapuan Cat Lukis, Agnes Budhisurya Berkarya

Melalui perjalanan panjang, Agnes akhirnya menemukan suatu gaya yang melambungkan namanya hingga kini.

Agnes Budhisurya bersama koleksnya yang bertajuk Lotus (Foto: Eka Pramita)?

Jakarta - Pada tahun 1958, seorang Agnes kecil berusia 13 tahun membuat gaunnya sendiri di bawah arahan ibunda tercinta yang bekerja sebagai pembuat gaun pernikahan. Sementara sang ayah bekerja menciptakan rangkaian bunga yang cantik dan kerajinan kertas bentuk burung an kupu-kupu yang lembut.

"Sejak kecil saya sudah mengenal kain dan gunting, saya melihat ibu yang sering mengerjakan pesanan gaun," ungkap Desainer Agnes Budhisurya yang ditemui saat perayaan ulang tahun sekaligus fashion show tunggal di Galeri Mitra Hadiprana, Senin (16/4).

Sejak saat itu, sepanjang hidup perempuan yang kini berusia 73 tahun ini selalu membuat gaun melalui banyak bentuk dan pengalaman hidup. Pertama kali ia mendapatkan pesanan secara komersil ketika bekerja sama dengan kakak dan adiknya untuk membuat pakaian teman-temannya.

"Keterampilan yang saya miliki benar- benar warisan dari ayah bunda saya, yaitu tangan dan perasaan yang saya anggap warisan. Saya tidak punya pendidikan khusus di bidang fashion dan jahit menjahit, belajar otodidak dengan penuh tantangan dan sering kepeleset juga," urai Agnes yang saat itu terlihat anggun dengan blouse lukis warna hijau lime rancangannya.

Perempuan asli Jember ini memulai seorang diri hanya dengan modal kain dan gunting, awalnya hanya ada 2 penjahit dan 2 mesin jahit. Waktu berlalu, kini ia memiliki karyawan sampai 150 orang mulai dari pengerjaan bordir, bahan mewah yang dilukis sampai batik dan tenun.

"Saya membuat bordir dengan karya saya sendiri. Saya mengamati sendiri orang yang membordir. Sampai akhirnya saya menemukan gaya bordir yang tidak dimiliki orang lain, saya membuat tusukan bordir yang beda," urainya sedikit membuka rahasia.

Selain bordir, akhirnya ia menggunakan teknik lukis yang menjadi kecintaannya hingga tidak bisa ditiru, kelamaan menjadi ciri khas seorang Agnes. Sejak saat itu, semua desain Agnes selalu diperkaya dengan sapuan kuasnya, mulai dari lembaran kain yang halus lalu dikembangkan dengan batik dan tenun.

"Sesuai dengan perkembangan busana masa kini mulai dipadukan dengan Embroidery yang tidak dikombinasikan dengan benang tapi bubuhkan cat lukis," ucapnya.  

Alasan Agnes memilih tenun sumba yang disapu dengan cat karena bahan relatif lentur dan tipis. "Bagi saya cat dan kuas adalah solusi untuk menyeleraskan warna hingga perpaduan bahan yang beda bisa tampak baik," ucapnya. Menurut Agnes tidak 100 persen semua bahan bisa dibubuhkan cat lukis -cat khusus kain. Paling enak menyerap cat lukis warnanya di kain sutra.

Perempuan yang karyanya pernah ipamerkan di Washington dan Shanghai ini mengaku terinspirasi dari alam sekitarnya, kebudayaan, bunga-bunga dan hewan khas Indonesia. Ia mengombinasikan dengan ciri khasnya. "Di beberapa koleksi saya juga memakai bunga, alasannya karena identik dan sangat cocok untuk perempuan," ucapnya

Karya Agnes Budhisurya yang bisa kenakan di semua rentang usia ini dapat Anda nikmati di pameran bertajuk Maturing Gracefully through Work of Art di Galeri Mitra Hadiprana, Kemang Jakarta Selatan hingga Sabtu (21 April 2018).

KEYWORD :

Agnes Budhisurya desainer cat lukis




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :