Jum'at, 26/04/2024 02:20 WIB

Investasi Perternakan Meningkat, tapi Kebutuhan Nasional Belum Tercukupi

Nilai populasi sapi atau kerbau di Indonesia belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan daging nasional.

Proyek peternakan sapi SCILD di TTS, Nusa Tenggara Timur

Jakarta - Investasi di sub sektor peternaka sapi selama lima tahun terakhir cenderung meningkat. Hal ini dapat dilihat dari nilai investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), pada 2013 yang hanya sebesar Rp360,6 Miliar dan meningkat 2017 mencapai Rp842,9 Miliar.

Meski begitu, nilai populasi sapi atau kerbau di Indonesia belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan daging nasional. Demikian kata Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Ditjen PKH, Fini Murfiani dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Rabu (4/4).

"Kita masih harus impor baik dalam bentuk sapi bakalan maupun daging untuk memenuhi keurangan dalam negeri," kata Fini Murfiani.

Karena itu, untuk mempercepat peningkatan populasi sapi Indonesia, pemerintah melakukan dua hal, pertama, menambah sapi indukan, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta. Pemerintah mewajibkan seluruh importir sapi untuk mendatangkan 20 persennya betina atau indukan.

Menurut Fini, kebijakan rasio impor satu indukan dari 5 lima bakalan sesuai dengan Permentan Nomor 49 Tahun 2016 dan yang telah diubah dengan Permentan Nomor 2 Tahun 2017 antara lain bertujuan untuk percepatan peningkatan populasi sapi serta mendorong kemitraan dalam pemeliharaan sapi indukan untuk pemberdayaan peternak.

Pemerintah sangat berharap komitmen para feedloter dalam percepatan peningkatan populasi.  Sampai saat ini para importir bakalan belum memenuhi  rasio 1:5, sebagian besar realisasi masih impor bakalan sementara sapi indukan belum sesuai jumlah kewajibannya.

Kedua, Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwab) yang ditujukan untuk mempercepat peningkatan populasi sapi di tingkat peternak melalui optimalisasi reproduksi.

Untuk mendukung dua program di atas, pemerintah juga mengembangkan Hijauan Pakan Ternak (HPT), Ditjen PKH bersama Dinas yang membidangi peternakan dan kesehatan hewan telah melakukan pengembangan padang penggembalaan seluas 5.834 ha sejak 2013-2016.

Lokasinya tersebar di sembilan provinsi, yaitu Aceh, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku Utara dan Papua Barat. Saat ini kami sedang mengidentifikasi potensi 193.769 ha, serta telah dilakukan Survey Investigation and Design (SID) di lahan seluas 10.994 ha.

Hingga kini perusahaan yang telah melakukan investasi, baik baru maupun perluasan sejak tahun 2015-2017 cukup banyak. Di Jawa ada tujuh perusahaan yaitu, PT. Sri Hatmini, PT. Sae Abadi Santoso, PT. Putra Jaya Raharja, PT. Sijiro Indonesia, PT. GreenFields Indonesia, PT. Pramana Austindo Mahardinka, PT. Livestock Complex Kasepuhan dan PT. Santori. Sedangkan di luar Jawa sekitar 16 perusahaan yaitu   PT. Pangan Sari Utama Mitra, PT. Papua Utama Mitra, PT. Asiabeef Biofarm Indonesia, PT. Biofarm Plantation, PT. Juang Jaya Abdi Alam, PT. Ziong dan PT. Agro Ternakindo Terpadu Jaya.

Selain itu, PT. Elders Indonesia, PT. Green Agricultural Development,  PT. Nusantara Tropical Farm, PT. Puri Purnama Delod-Yeh, PT. Sumba Stock Feed, PT. Austasia Stock Feed, PT. Mitra Agro Mandiri Abadi, PT. Sae Abadi Santoso, dan PT. Ultra Sumatera Dairy Farm.

KEYWORD :

Kementan Sapi Investasi Upsus Siwab




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :