Jum'at, 19/04/2024 18:51 WIB

Ketika Tiga Menteri Bicara Masalah Stunting

Pencegahan stunting dibutuhkan kerja banyak pihak, bukan jalan sendiri-sendiri.

Talkshow Pramm Multisektor dalam Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi (Foto: Eka Pramita)

Jakarta - Dalam pelaksaan percepatan penurunan stunting tidak dapat diselesaikan sendiri oleh sektor kesehatan. Hal itu diakui oleh Menteri Kesehatan Prof.Dr.dr. Nila F. Moeloek dalam talkshow Stunting Summit 2018 di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (28/3). "Masalah stunting harus diselesaikan secara holistik, tidak mungkin kami menyelesaikan sendirian. Bukan terus tiap ada masalah kesehatan pure dibebankan pada Kementerian Kesehatan," selorohnya.

Di daerah, lanjut Nila, masih terdapat persoalan dalam upaya pencegahan stunting. Antara lain persoalan gender dan pola asuh yang juga sangat berpengaruh. Perlu diketahui jika Stunting terkait dengan jumlah populasi, perubahan iklim, ketahanan pangan dan diversifikasi pangan.

"Kami akan membantu intervensi secara spesifik. Didukung akses dan sanitasi air bersih. Imbauan Kementerian Agama juga dibutuhkan untuk mencegah pernikahan dini," tambahnya. Nila berharap peran sanitarian pasca-dibangun MCK tetap melakukan Pendampingan tidak hanya berhenti saat pembangunan, tetapi juga kesadaran menggunakan termasuk menjaga kebersihannya.

Menteri Desa Pembangunan daerah Tertinggal Eko Putro Sandjoyo, BSEE, MBA mengamini apa yang Menteri Nila utarakan bahwa mencegah stunting juga salah satunya adalah tugas Menteri Desa. Stunting akan menentukan Indonesia menjadi negara maju atau tidak maju.

Stunting bukan saja membuat anak tidak tumbuh tinggi, tetapi pertumbuhan otak terganggu yang menghalangi pendidikan. Selain itu stunting juga menyebabkan penyakit degeneratif di usia produktif. Terdapat tiga faktor menurut Eko, mengapa stunting semakin menjadi ancaman: Ketidaktahuan, Infrasturuktur Dasar, dan Kemiskinan.

Dana desa digelontorkan salah satunya untuk penurunan stunting. Selama 3 Tahun yang dilakukan pendamping desa selain membangun infrastruktur juga untuk pertumbuhan ekonomi. "Kita juga membangun infrastruktur untuk meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia (108.000 unit MCK) yang idealnya 5 juta unit. Sumur air bersih sebanyak 30 ribu, air bersih 37 ribu unit, ditambah ribuan PAUD, Posyandu, dan Polindes.

Selama 3 tahun terdapat 4 setengah persen turun kemiskinan di desa, pun juga dengan stunting 30% menurun. Di desa juga terdapat program Produk Unggulan Kawasan Pedesaan atau Pukades yang menentukan fokus desanya mau concern di bidang apa, karena setiap desa berbeda-beda dan ke depan bisa menjadi percontohan.

Sementara itu, di sektor akses Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR Sri Hartoyo mengatkan bahwa target jangka pendek terkait stunting adalah adalah penyediaan akses yang diberi nama Program 100. 100 sarana air bersih yang memenuhi syarat kesehatan, 100 pengadaan sanitasi. "Meningkatkan kesadaran sanitasi dilakukan melalui tahapan pemicuan sanitarian baru kemudian prasarana disiapkan," ujarnya.

Di samping melakukan infrastruktur skala kota, PUPR juga membangun skala desa. Penyediaan air bersih dan sanitasi di masyarakat. Di lapangan bekerjasama dengan masyarakat setempat melalui sistem individual atau komunal.

Jangka panjang,Sri menegaskan pola padat karya yang sekaligus bisa menciptakan lapangan pekerjaan. "Yang harus diperhatikan: sanitasi dan air minum harus berpasangan, tidak jalan sendiri2. Pelibatan masyarakat termasuk aspek budaya jadi perhatian kita bersama," pungkasnya. 

KEYWORD :

stunting kesehatan desa akses indonesia




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :