Rabu, 17/04/2024 03:44 WIB

Pekan Ini, Mata Uang Yaman Jatuh di Titik Nadir

Pemerintah yang didukung Saudi menguasai bagian-bagian Yaman mengatakan, pihaknya membutuhkan simpanan senilai USD2 miliar atau Rp26 triliun yang dijanjikan oleh Riyadh pada November lalu

Rakyat Yaman menunggu antrian tabung gas (foto: LA Times)

Aden - Pemerintah Yaman dana USD2 miliar atau Rp26 triliun yang dijanjikan oleh Arab Saudi pada November lalu untuk menyetabilkan mata uang yang mencapai titik terendah pekan ini.

"Setoran besar dari Arab Saudi akan memberi pihak berwenang sarana finansial untuk menstabilkan mata uang dan untuk keperluan kebutuhan hidup," kata pemerintah, dilansir dari Reuters, Rabu (17/1).

"Yang pertama dan paling utama adalah menyelamatkan riyal Yaman dari keruntuhan total, sekarang dan besok. Menyimpan riyal berarti menyelamatkan orang-orang Yaman dari rasa lapar yang tak terelakkan," ujar Perdana Menteri Yaman Ahmed Obeid bin Daghr di akun Twitternya.

Pada 11 November, Presiden Abd Rabbu Mansour Hadi mengumumkan bahwa Riyadh telah sepakat untuk menyetorkan USD2 miliar atau sekitar Rp26 triliun ke bank sentral Yaman. Dana tersebut digunakan untuk menopang pengiriman yang aman dan aman dari kebutuhan bahan bakar.

Untuk diketahui, pemerintahan Yaman terbelah setelah hampir tiga tahun perang sipil antara pemerintah yang diakui secara internasional yang berbasis di selatan dan gerakan Houthi yang selaras dengan Iran yang menguasai utara termasuk Ibu Kota Sanaa.

Konflik tersebut memantik krisis kemanusiaan, termasuk wabah kolera yang mematikan, dan keruntuhan ekonomi yang menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa berpotensi menyebabkan salah satu kelaparan paling mematikan di zaman modern.

 

KEYWORD :

Yaman Riyadh Iran Houthi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :