Ilustrasi Pekerja Seks Komersial (PKS)
Bangkok - "Orang baik pergi ke surga, orang jahat ke Pattaya", demikian bunyi slogan yang tertempel di pelbagai papan reklame, pernak-pernik, dan kaos yang membanjiri kawasan wisata Pattaya, Thailand.
Jika memang demikian, maka sebagian besar pengunjung internasional Thailand adalah `orang jahat` bukan? Padahal, tahun lalu negara itu kebanjiran 33 juta pengunjung, dan 13 juta di antaranya pergi ke Pattaya, hanya untuk menikmati keindahan pantainya.
Dilansir dari Travel Wire Asia, bukan hal yang tabu bila tujuan berwisata ke Pattaya ialah ingin mencari satu hal, yakni seks. Kendati ilegal, Pattaya memiliki 27.000 pekerja seks. Artinya, satu dari lima orang yang ada di kota tersebut ialah pekerja seks.
Masyarakat sekitar pun tidak heran dengan wanita penjaja kenikmatan dunia yang marak di Pattaya. Kondisi ini sudah berlangsung sejak 1680 pada periode Ayutthaya, di mana pelacuran sepenuhnya legal, dan bahkan ada pelacuran yang dijalankan oleh negara.
Namun pemerintah Thailand tak sepenuhnya senang dengan citra ini. Headline `Sodom dan Gomorah modern` yang menghiasi halaman pertama surat kabar The Sun dan The Daily Mirror tentang Pattaya, telah membangkitkan kemarahan kerajaan. Dalam beberapa bulan terakhir, Thailand berniat membersihkan Pattaya.
"Saya ingin melihat bahwa kami tidak seperti yang orang-orang katakan. Kami tidak mengizinkan pelacuran di tempat hiburan ini," ujar Gubernur Pakkaratorn Teianchai kepada Bangkok Post.
Industri seks di Pattaya telah menjadi daya tarik tersendiri bagi jutaan turis asal China. Bahkan satu dari tiga wisatawan yang datang ke Thailand merupakan turis China.
Dan, tantangan untuk menangani pariwisata seks Thailand terletak pada kenyataan bahwa prostitusi menyumbang devisi terbesar bagi negara. Berdasarkan laporan terbaru, 60 persen pendapatan nasional Thailand berasal dari pariwisata, terutama pariwisata seks.
KEYWORD :Seks Pattaya Thailand
