Jum'at, 26/04/2024 06:01 WIB

11 Nominasi Lomba Penulisan Naskah Lakon Teater

Dengan mempertimbangkan latar belakang, tujuan, dan manfaat lomba penulisan naskah teater serta merujuk pada kriteria penilaian.

Lomba penulisan naskah lakon teater

Jakarta - Setelah pendaftaran lomba penulisan naskah lakon teater ditutup pada 31 Mei 2017, panitia lomba telah menerima naskah sebanyak 343 judul dari hampir seluruh pulau dan provinsi Indonesia. Dari Jawa Barat, Jogjakarta, dan Jawa Timur tampak cukup dominan. Berdasarkan identitasnya, para peserta lomba terdiri dari 19 pelajar, diikuti mahasiswa, pengajar, dan umum.

Dari 343 naskah yang masuk,  tim Seleksi dari Jurusan Teater FSP ISI Jogjakarta yang terdiri dari Dr. Koes Yuliadi, M.Hum, Nanang Arizona M.Sn, Lephen Purwanto, M.Sc, M.Sn dan Philipus Nugroho Hari Wibowo, M.Sn, kemudian memilih 20 (duapuluh) naskah unggulan. Naskah itu  diajukan ke Dewan Juri yang terdiri dari Noorca M. Massardi (Ketua), Arthur S. Nalan, Nur Sahid, Agus Noor dan Warih Wisatsana.

Dengan mempertimbangkan latar belakang, tujuan, dan manfaat lomba penulisan naskah teater serta merujuk pada kriteria penilaian. Dewan Juri telah memilih 11 (sebelas) naskah lakon unggulan sebelum kemudian menetapkan para pemenangnya.

Sesuai urutan abjad, ke-11 lakon unggulan itu adalah:

1. Dara (karya Bintang Pradipta)
2. Jalan Ke Tumbang Samba (Raudal Tanjung Banua)
3. Jalan Menyempit (Joni Faisal)
4. Janger Merah (Ilbed Surgana Yuga)
5. Kawin Toa (Rano Sumarno)
6. Lila TatKala Ginda (Azaro Verdo Nuary)
7. Pasir Hitam (Taruna Perkasa Putra)
8. Raja Maling (Galih Mulyadi)
9. Ramah Tamak (Reza Ghazali)
10. Re Cura-Cura (Tio Vovan S)
11. Sarekat Djin (Pinto Anugrah)

Noorca Massardi dalam siaran persnya mengatakan,  secara umum lakon-lakon yang terpilih memiliki kelebihan dan kekurangan hampir serupa, baik dalam teknis penulisan maupun penguasaan penulis terhadap estetika dan unsur-unsur pemanggungan.

Dan secara tematis ada yang mencoba menerangkan ihwal ilmu, teknologi, masa depan dan dunia fiksi ke atas panggung. Ada yang mengisahkan tentang persaingan di dunia usaha yang berbuntut konspirasi dan pembunuhan, ada yang berupaya mengungkap sisi gelap dan tragedi kemanusiaan 1965.

Tak hanya itu, ada yang secara surealistis dan simbolis bercerita tentang dunia hitam dan korban perundungan seksual, ada yang berusaha mengangkat tradisi carok, dan ada yang secara komikal melukiskan bagaimana seorang preman jatuh cinta untuk pertama kali.

"Namun, fenomena yang lebih menggembirakan lagi adalah, para penulis lakon kita, sebagian sudah mampu mengadopsi dan mengadaptasi khasanah folklore, adat istiadat, tradisi, kearifan lokal. Baik sebagai latar, warna, bahkan sebagai sumber gagasan dan inspirasi cerita itu sendiri," ujar Noorca.

Sehingga, menurut Noorca, kekayaan Indonesia sebagai negeri yang beragam budaya, dan wilayah, cukup terwakili. "Dengan demikian, naskah-naskah lakon kita, akan kian berwarna, tidak hanya mewacanakan keberadaan manusia urban dan tragedi manusia modern, tapi juga mampu mengungkapkan keberadaan manusia Indonesia di pedalaman, pesisir, pegunungan dan hutan belantara, dengan pelbagai problematika kehidupannya," ujarnya.

KEYWORD :

Lomba Menulis Lakon Teater Noorca Massardi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :