Sabtu, 20/04/2024 04:13 WIB

Peneliti Temukan Ketimpangan di Yogyakarta

Kemiskinan di kawasan ini tak lagi semata problem ketiadaan asset, namun juga ketidakmampuan kelompok miskin untuk mengakses pekerjaan di sektor formal yang memberikan tingkat pendapatan yang lebih besar.

Sebuah mural tentang ketimpangan sosial

Yogyakarta - Penelitian yang dilakukan oleh Institute for Research and Empowerment (IRE) Yogyakarta ini ingin melihat sejauhmana intervensi pemerintah DIY dalam mengurangi ketimpangan perdesaan dan perkotaan.

Koordinator penelitian ini, Rajif Dri Rangga, menyebut bahwa pemerintah DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) menyadari adanya ketimpangan pembangunan antar kabupaten dan kota di DIY. Salah satu sebab kemiskinan itu, jelas Rajif, adalah kegiatan ekonomi yang banyak dinikmati oleh masyarakat kota, terutama di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman.

"Kemiskinan di kawasan ini tak lagi semata problem ketiadaan asset, namun juga ketidakmampuan kelompok miskin untuk mengakses pekerjaan di sektor formal yang memberikan tingkat pendapatan yang lebih besar," jelas Rajif, saat presentasi hasil penelitian di Joglo IRE, Yogyakarta pada Rabu (24/5).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pengeluaran di desa-desa di kawasan urban, berbeda dengan pola pengeluaran di kawasan rural. Pengeluaran masyarakat urban kelompok kaya dan menengah dialokasikan untuk konsumsi sebagai penanda identitas, contohnya adalah rekreasi, belanja di mall, fashion, selain ivestasi dan asuransi. Sementara itu, pengeluaran pada masyarakat rural dan urban di kelompok miskin kecenderungannya dialokasikan untuk kebutuhan konsumsi harian dan operasional pendidikan.

Sementara itu, untuk pelayanan publik, penelitian menemukan bahwa problem ketidakmerataan jumlah tenaga pendidik dan tenaga kesehatan. Ini terutama terjadi di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman dengan Kabupaten Kulonprogao dan Kabupaten Gunungkidul. Kondisi yang sama juga ditemukan di kawasan urban dengan kawasan rural.

"Berbagai program jaminan sosial cukup mampu mengatasi problem masyarakat dalam mengakses pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan, seperti Jampersal, BPJS, KIS, KIP dan Jaminan Pendidikan Daerah. Namun, inakurasi data penerima manfaat menjadi kendala dalam proses penyalurannya," tukas Rajif.

Para peneliti muda IRE menggunakan metode penelitian kualitatif dengan memadukan observasi dan wawancara serta focus group discussion dengan analisis data statistik serta dokumen kebijakan pemerintah desa dan daerah.

Penelitian di daerah Yogyakarta ini dianggap menarik karena berdasarkan BPS 2016, tingkat kemiskinan DIY adalah terparah se-Jawa dengan ketimpangan tertinggi secara nasional, padahal sektor ekonomi kreatif dan pariwisata bergairah. Sementara itu, data BPS 2015 juga menunjukkan bahwa gap kemiskinan antar kabupaten (rura)/kota (urban) yang tinggi.[]

KEYWORD :

peneliti ire yogyakarta ketimpangan sosial urban




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :