James Mattis
Jakarta - Menteri Pertahanan (Menhan) AS, James Mattis menyampaikan sebuah peringatan yang menyedihkan di Korea Utara yang mengatakan setiap usaha militer untuk menyelesaikan krisis akan tragis dalam skala yang luar biasa.
Hal ini di sampaikan Mattis pada Jumat (19/5) kepada wartawan di Pentagon, tak berselang lama setelah Korut melakukan ujicoba nuklir yang menurut para analis adalah roket jarak jauh, menurut laporan Aljazeera dilansir Finacial Tribune pada Minggu (21/5)
Meskipun ada pembicaraan keras dari pejabat tinggi AS dalam beberapa pekan terakhir dan penggelaran kelompok pemogokan kapal induk ke wilayah tersebut, Mattis mengatakan pilihan terbaik untuk Korea Utara adalah menemukan solusi internasional untuk secara efektif menerapkan tekanan pada Pyongyang.
"Seperti yang Anda tahu, jika ini berlanjut ke solusi militer, ini akan menjadi tragis dalam skala yang luar biasa, dan karena itu, usaha kami adalah bekerja sama dengan PBB, bekerja dengan China, bekerja dengan Jepang, bekerja dengan Korea Selatan untuk mencoba memukan jalan keluar dari situasi ini," kata Mattis
Korut mempercepat upaya pengembangan rudal balistik antar benua yang mampu mengantarkan hulu ledak nuklir ke daratan AS. Mattis mengatakan bahwa Pyongyang tidak mendengarkan peringatan dari masyarakat internasional. Mattis mendorong China untuk menekan Korut, sebab hanya ia yang memiliki kuasa.
"Tampaknya ada dampak usahan dari orang China dalam hal ini," katanya. Mattis mengatakan roket yang diuji pada Minggu memiliki bertenga tinggi dan ilmuan Korut mungkin belajar banyak dari ujian.
Pada Jumat, ribuan penduduk Korut berbaris di jalan untuk memberi selamat kepada para ilmuwan dan pekerja di balik uji coba rudal Minggu sebagai sambutan pahlawan, menurut laporan media setempat. Bahkan tanpa misilnya, Korut telah mengumpulkan unit artileri di sepanjang perbatasannya dengan Korsel dan setiap tindakan militer dari Pyongyang bisa menghancurkan. Ibukotanya, Seoul, hanya berjarak sekitar 55 km dan Korut bisa merembes ke kota berpenduduk 10 juta.
Korea Utara Amerika Serikat James Mattis
