Rabu, 24/04/2024 20:05 WIB

Internasional

Undangan Trump untuk Duterte Ajak Menjadi Sekutu

AS disebut hanya memanfaatkan Filipina sebagai sekutu di Asia untuk mengatasi ancaman global pengembangan senjata nuklir Korea Utara.

Presiden Filipina, Rodrigo Duterte (Foto: Reuters)

Washington – Presiden Amerika, Donald Trump mengungkapkan bahwa Rodrigo Duterte telah melakukan pekerjaannya dengan sangat baik sebagai Presiden Filipina. Meski apa yang dilakukan Duterte dalam memerangi penyebaran narkoba masih menjadi kontroversial di dunia.

Bahkan Presiden AS mengundang Duterte untuk berkunjung ke Gedung Putih melalui telepon pada Sabtu (29/4). Namun undangan itu menimbulkan badai kritik di Washington karena tindakan pembunuhan ribuan orang yang telah dilakukan Presiden Filipina itu selama 10 bulan terakhir.

Dilansir pada The Guardian, undangan itu bukan untuk membahas mengenai hak asasi manusia melainkan AS membutuhkan sekutu di Asia untuk mengatasi ancaman global pengembangan senjata nuklir Korea Utara.

Menurut juru bicara Duterte, Ernesto Abella bahwa Trump sangat menyadari kritik terhadap Presiden Filipina, tapi di sisi lain Presiden AS juga memuji pemberantasan obat-obatan terlarang mengingat kondisi kritis yang dihadapi Filipina dalam serangan narkoba.

“Saya yakin dia (Trump) menyadari semua pertimbangan yang diambil Duterte masuk akal,” ujar Abella.

Tak hanya itu, Abella juga menambahkan bahwa Presiden AS juga memuji keberhasilan Duterte membuat Filipina menjadi negara tercepat dalam pertumbuhan ekonomi di dunia. Duterte berhasil mendukung pertanian dan usaha kecil ke arah yang lebih baik, juga mampu mengembangkan infrastruktur dan memerangi kemiskinan di negara tempat seperlima orang hidup dari hanya berpenghasilan 1 dollar per hari.

Akan tetapi menurut Ben Cardin, seorang anggota komite hubungan luar negeri senat Amerika bahwa langkah Presiden AS terlalu jauh dengan mengundang Duterte ke gedung putih. Pasalnya pertemuan itu sama artinya dengan menyetujui pembantaian yang dilakukan Duterte selama ini yang merupakan pelanggaran atas hak asasi manusia.

“Mengabaikan hak asasi manusia tidak akan memajukan kepentingan AS di Filipina atau tempat lain,” ujar Cardin.

KEYWORD :

Amerika Serikat Donald Trump Duterte




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :