Sabtu, 20/04/2024 00:01 WIB

Cara Sukses Thailand Cegah Diskriminasi Anak Migran

Program pra-sekolah yang menjadi salah satu kegiatan SEAS menjadi kunci pencegahan diskriminasi terhadap anak-anak migran.

Menteri cilik hibur anak-anak migran

Bangkok - Sejak pertama kali diluncurkan pada Januari 2015, proyek Stop Eksploitasi Migran melalui Pelayanan Terjangkau (SEAS) telah mengantarkan 4.000 anak migran ke jenjang pendidikan SD dan SMP. Program pra-sekolah yang menjadi salah satu kegiatan SEAS menjadi kunci pencegahan diskriminasi terhadap anak-anak migran yang menempuh pendidikan di sekolah lokal.

Nit (13) dan Pun (12) sebelumnya hanyalah seorang anak migran asal Kamboja yang berpindah ke Thailand. Seperti kebanyakan migran lainnya, orang tua kedua anak tersebut bekerja sebagai nelayan dan buruh bangunan. Tingginya minat terhadap bangku sekolah, membuat Nit dan Pun akhirnya memutuskan ikut kegiatan pra-sekolah yang menjadi program SEAS melalui Plan Thailand.

"Aku ingin belajar dan senang sekali belajar. Dengan berada di sini aku ingin berlatih berbicara bahasa Thailand lebih sering," kata Nit di sela-sela kunjungan `Because I Am A Girl` (BIAAG) Plan International Indonesia ke Provinsi Rayong, Thailand, Jumat (20/1).

Koordinator Proyek SEAS , Sasivara Tulyayuh mengatakan selain sebagai program pra-sekolah, keberadaan program ini penting untuk meningkatkan kemampuan bahasa Thailand, yang tidak dimiliki oleh anak-anak migran. Sehingga, saat memasuki jenjang sekolah, mereka dapat berkomunikasi dengan anak-anak lokal.

"Jika di sini mereka tidak bisa bahasa Thailand, mereka akan mendapatkan diskriminasi dari anak-anak asli," ujar wanita yang akrab dipanggil May ini kepada Jurnas.com di Bangkok, Thailand.

KEYWORD :

Menteri cilik Plan International Indonesia Thailand




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :