Kapal Terbakar
Jakarta - Buntut dari terbakarnya Kapal Zahro Express yang menelan korban puluhan jiwa, Dirjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan mencopot Syahbandar Muara Angke, Deddy Junaedi. Selain adanya kesalahan prosedur persetujuan berlayar, Syahbandar juga dinilai tak disiplin karena tidak berada di tempat saat kecelakaan terjadi.
"Ya benar. Alasan terkait terbakarnya Kapal Zahro Express," kata Dirjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, Tonny Budiono saat dikonfirmasi terkait pencopotoan Syahbandar Muara Angke Deddy Junaedi, di Jakarta, Senin (2/1).
Tonny menyampaikan, terdapat data yang tidak sesuai pada Surat Persetujuan Berlayar (SPB) kapal Zahro Express yang terbakar Minggu (1/1). Pada SPB tertulis jumlah penumpang berjumlah 100 orang, namun pada kenyataannya dikabarkan terdapat lebih dari 100 orang yang menumpang kapal tersebut.
Ini Daftar Korban KM Zahro Express
"Jumlah penumpang tertulis 100. Kalau yang ada di atas kapal ada yang bilang 184, ada yang bilang 250. Tapi, yang jelas berbeda dengan yang di manifest," ungkap Tonny seperti dikutip Antaranews.
Sebelumnya, otoritas sempat menyatakan Kapal Zahro Express layak untuk berlayar berdasarkan SPB yang dikeluarkan oleh Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Muara Angke. Alasan lain, lanjut Tonny, terjadi pelanggaran kedisiplinan, di mana Deddy tidak berada di tempat saat kecelakaan terjadi. "Harusnya ada di tempat, mengapa harus takut kalau dia tidak salah," tandasnya.
Menurut Tonny, Deddy dicopot dan digantikan oleh Pelaksana Tugas mulai Selasa (3/1). Pelaksana tugas sudah ada calonnya, tinggal dilantik dan dibuatkan SK.
Seperti diketahui, terbakarnya Kapal Zahro Express di Muara Angke, Jakarta Utara, Minggu (1/1) pagi, membuat 23 orang meninggal, 17 orang luka-luka, 17 orang hilang dan 194 orang selamat.
Zahro Express Syahbandar Muara Angke
